TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Ketua Badan Anggaran DPR Benny Pasaribu menceritakan salah satu tindakan mantan Ketua MPR Taufiq Kiemas pada masa pergantian rezim Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dengan mantan Presiden Megawati Soekarnoputri.
"Kala itu, Pak Taufiq ngotot sekali agar Gus Dur tetap jadi presiden," kata Benny pada acara “Diskusi dan Testimoni Taufiq Kiemas” di Jakarta, Senin, 8 Juni 2015. Alasan Taufiq, dia enggan melengserkan Gus Dur. Sebab, sesuai aturan, presiden seharusnya lengser setelah lima tahun menjabat.
"Dia bahkan tidak terlalu membela istrinya yang akan menggantikan Gus Dur kala itu," ujarnya. Taufiq, yang saat itu masih menjabat sebagai anggota DPR, adalah orang terakhir yang setuju Gus Dur digantikan oleh Megawati.
Ketua Umum Sekretariat Nasional Jokowi, Muhammad Yamin, menjelaskan pergantian kepemimpinan kala itu membuat hubungan antara Gus Dur dan Megawati cukup tegang. Namun Taufiq mencoba mencairkan situasi. "Ia banyak berdiskusi dan berdialog dengan Gus Dur untuk menjaga tali silaturahmi," tuturnya.
Taufiq juga sempat meminta stafnya untuk memastikan agar Gus Dur mendapat tempat tinggal dan kenyamanan sebagai mantan presiden. Para sahabat mengenal Taufiq Kiemas sebagai sosok yang pandai melakukan dialog, menjalin hubungan baik, serta menghargai pendapat siapa pun. "Memang itu keahlian utama dia," ucap mantan Ketua Komnas HAM Ifdhal Kasim.
Politikus PDIP, Trimedya Panjaitan, mendukung pernyataan itu. Taufiq Kiemas dinilai sebagai orang yang paling bisa mendamaikan dan memecahkan suatu masalah. Yamin juga berpendapat sama dengan Trimedya. "Kalau masih ada Taufik, pasti tidak ada masalah politik KIH (Koalisi Indonesia Hebat)-KMP (Koalisi Merah Putih) ini," katanya.
MITRA TARIGAN