TEMPO.CO, Sidoarjo - Pemerintah Kabupaten Sidoarjo mengabaikan permintaan dari Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur terkait penanganan kemunculan buaya di Kali Porong di Dusun Awar-awar, Desa Tambakrejo, Krembung, belakangan ini. Bupati Syaiful Illah yang telah datang ke dusun itu, dan ikut menyaksikan kemunculan buaya bersama ratusan warga lainnya pada Minggu 7 Juni 2015 lalu , menyatakan tak akan menghalangi keinginan warganya untuk ‘memelihara’ buaya-buaya itu.
“Saya kalau melihat antusiasme masyarakat di sini begitu, mau apa. Orang dagang apa saja laku,” ujar Syaiful. “Nanti Dinas Pariwisata saya suruh mengamankan di sini, agar orang-orang aman melihat.”
Warga setempat sebelumnya memang telah menolak upaya evakuasi dua ekor buaya yang sejauh ini terlihat pernah muncul ke permukaan sungai. Mereka malah membuka lahan parkir untuk ratusan warga lainnya yang datang hendak melihat kemunculan buaya-buaya itu di hampir setiap harinya. Pendapatan jutaan rupiah pun mengalir dari sana, selain dari warung atau usaha jualan lain yang ikut kecipratan rezeki.
Motif ekonomi itu bercampur dengan keyakinan warga setempat bahwa kemunculan buaya ‘tidak biasa’. Ada pesan-pesan yang disampaikan lewat kemunculan hewan buas itu. “Sebelumnya, kemunculan buaya tidak sesering saat ini. Sehingga saat ini kami lakukan larungan,” kata Kepala Desa Tambakrejo, Hari Mahmudi, 47 tahun, saat memimpin ritual pada Sabtu, 6 Juni 2015.
Pada hari itu juga Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf telah bereaksi dengan meminta warga agar tidak mempercayai keyakinan itu. Dia menyatakan tidak setuju jika buaya muara di sungai itu dijadikan wisata murah meriah.
Menurut Gus Ipul—sapaan Saifullah, keselamatan warga lebih penting dibandingkan pendapatan yang diraup dua pekan terakhir. “Warga harus sadar ada ancaman. Mau nunggu ada korban?” ujarnya sambil mengingatkan, “Kalau buayanya kelaparan, jalan-jalan lalu masuk rumah, bisa makan segala macam itu.”
Gubernur Soekarwo telah lebih dulu mengingatkan bahaya itu dengan tetap meminta petugas Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur meyakinkan warga. “Ya saya juga minta ke pak Bupati supaya menyadarkan ke masyarakat,” katanya pada Jumat 5 Juni 2015.
Dia juga mengatakan keselamatan jiwa jauh lebih berharga ketimbang pendapatan dari parkir dan berjualan. Soekarwo mencemaskan aliran sungai yang cukup dekat dengan dusun. “Sungainya akrab dengan masyarakat. Ya tugas negara melindungi rakyatnya.”
NUR HADI | ARTIKA RACHMI