TEMPO.CO, Jakarta - Maureen masih ingat betul pertemuan terakhir dengan sahabatnya, Andrew Chan, terpidana kasus narkoba yang pada dinihari tadi dieksekusi mati. Pertemuan itu terjadi di Lembaga Pemasyarakatan Kerobokan, Bali, pada Februari 2015, tiga pekan sebelum Chan diboyong ke LP Nusakambangan, Cilacap.
Menurut Maureen, Chan saat itu sangat ceria, tak tampak kegelisahan menjelang eksekusi mati. "Dia tidak ada takutnya. Selalu ceria, tersenyum. Saya juga merasa aneh orang mau dihukum mati bisa setenang itu," kata Maureen di depan Rumah Persemayaman Abadi di Jalan Daan Mogot, Jakarta, Rabu, 29 April 2015.
Maureen merupakan pemberi pelayanan gereja di LP Kerobokan. Dia mengaku mengenal Chan beberapa hari setelah warga Australia itu ditangkap. Setiap sebulan sekali, dia bertemu Chan untuk memberikan pelayanan gereja. "Dia orangnya sangat tenang," ujarnya.
Pada pertemuan terakhir itu, Maureen ingat betul apa yang disampaikan Chan. "Dia bilang, jangan takut sama yang bisa membunuh tubuh, tapi takutlah sama orang yang membunuh jiwa," tutur Maureen menirukan ucapan Chan sambil terisak.
Sahabat Chan lainnya, Tedy Andrew, mengaku tak habis pikir dengan keputusan eksekusi itu. Menurut dia, saat di penjara Kerobokan, Chan sudah memperlihatkan perubahan yang amat drastis. "Saat saya memberikan pelayanan gereja, Andrew terlihat sangat taat. Dia berubah secara total," katanya.
Duo Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, dieksekusi pada dinihari tadi di LP Nusakambangan, Cilacap. Selain mereka, enam terpidana mati lainnya yang dieksekusi adalah Martin Anderson (Ghana), Sylvester Obiekwe Nwolise, Okwudili Oyatanze (Nigeria), Raheem Agbaje Salami (Spanyol), Rodrigo Gularte (Brasil), dan Zainal Abidin (Indonesia).
Jenazah Chan dan Sukumaran kini masih disemayamkan di Rumah Persemayaman Abadi di Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat. Kedua jenazah tiba dari Cilacap pada pukul 12.20. Jenazah akan diinapkan satu malam di Jakarta dan diterbangkan ke Australia pada Kamis besok.
ANGGA SUKMAWIJAYA