TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Penerbangan Soemardoko Tjokrowidigdo mengatakan Mario Steven Ambarita bakal mengalami gangguan pada pendengaran, keseimbangan, dan otak. Ulah Mario menyusup ke ruang roda pesawat Garuda Indonesia GA 177 berakibat buruk pada kesehatannya kelak.
"Bagian tubuh Mario yang mengalami trauma adalah pendengaran, keseimbangan, dan otak. Ini belum termasuk pusat pernapasan dan peredaran darah," kata Soemardoko kepada Tempo saat dihubungi, Rabu, 8 April 2015.
Soemardoko menduga kerusakan tubuh Mario yang paling parah adalah pendengaran. "Tidak bakal kembali normal," ujar dia. Telinga Mario menempa bising dengan kadar sekitar 120 desibel selama hampir satu jam. Ini jumlah yang cukup buat merusak ruang rongga telinga bagian dalam sekaligus bagian luar.
Selain pendengaran, menurut Soemardoko, otak Mario akan terganggu karena sempat mengalami kekurangan oksigen. "Sel otak bagian tepi akan mati," katanya. Hal ini berdampak ada kondisi linglung.
Soemardoko yakin keseimbangan tubuh Mario bakal terpengaruh. Sebab, sistem pendengaran dan otak Mario sudah terganggu. "Keseimbangan sangat tergantung kepada sistem pendengaran dan otak," katanya.
Mario disarankan menjalani terapi oksigen. Jika terapi dilakukan dengan benar, maka Mario butuh waktu sepekan buat pulih. Itu pun harus melalui serangkaian uji kondisi periodik tiap tiga bulan.
Nama Mario tersorot karena menumpang di rongga roda pesawat Garuda rute Pekanbaru-Jakarta pada Selasa, 7 April 2015. Saat ditemukan, ia masih hidup meskipun tubuhnya membiru karena dekompresi dan kekurangan oksigen.
MUHAMAD RIZKI