TEMPO.CO, Banyuwangi - Warga Banyuwangi, Jawa Timur, lebih memilih puskesmas atau rumah sakit swasta saat sakit. Warga menomortigakan rumah sakit umum daerah. Pilihan itu terungkap lewat hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) terhadap layanan kesehatan 2015 yang bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat.
Menurut peneliti LSI, Ade Mulyana, 44,4 persen masyarakat Banyuwangi lebih memilih layanan puskesmas, 22,6 persen ke RS swasta, dan hanya 21,4 persen pilih RSUD. Dari hasil wawancara, kata Ade, warga menilai RSUD melakukan diskriminasi antara pasien pemegang kartu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan non-JKN.
"Warga menengah ke bawah akan lebih memilih ke puskesmas dan menengah atas memilih rumah sakit swasta," kata Ade di Banyuwangi.
Selain soal diskriminasi, warga mempersoalkan kurangnya dokter spesialis di RSUD, sehingga mempengaruhi pelayanan terhadap pasien. Warga meminta Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menambah jumlah dokter spesialis di RSUD, di antaranya spesialis tulang.
LSI melakukan survei kuantitatif dan kualitatif terhadap 440 responden pada 1-6 Maret 2015. Survei kuantitatif menggunakan metode multistage random sampling. Sedangkan survei kualitatif dengan wawancara tatap muka menggunakan kuesioner. Margin of error penelitian ini sebesar 4,8 persen.
Secara keseluruhan, ucap Ade, setelah program JKN berlaku, kepuasan masyarakat berobat di puskesmas mencapai angka 96 persen. Sebanyak 70 persen masyarakat juga menilai pengobatan di puskesmas cukup murah.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menuturkan hasil survei LSI itu akan menjadi bahan evaluasi pemerintahannya untuk meningkatkan layanan di rumah sakit. Bupati mengakui bahwa kendala layanan di rumah sakit adalah kurangnya jumlah dokter spesialis. "Pelayanan RSUD memang harus diperbaiki," tuturnya.
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi memiliki dua RSUD ,yakni RSUD Blambangan dan RSUD Genteng.
IKA NINGTYAS