TEMPO.CO, Pontianak - Keluarga besar korban pembunuhan Tari Arizona meminta polisi menyidik latar belakang kasus-kasus yang pernah menimpa anaknya. "Anak saya tidak pernah dendam atau punya musuh. Tetapi sepanjang hidupnya, anak saya banyak tertimpa masalah, dari semenjak belum menikah hingga pernikahannya berakhir," kata Muhammad Taufik, ayah Tari, usai pelaksanaan rekonstruksi di kediamannya, Jalan Tani Makmur, Kotabaru Pontianak, Rabu, 1 April 2015.
Taufik menyatakan polisi perlu memanggil semua pihak yang terkait dengan masa lalu Tari. Orang-orang ini, kata Taufik, adalah orang yang mempunyai tunggakan masalah dengan Tari, dan bahkan belum ditindaklanjuti oleh kepolisian.
Desakan tersebut dilontarkan Taufik lantaran dikuatkan beberapa fakta yang didapat dari pihak kepolisian.
Taufik menyatakan, pelarian tersangka Rudi dikatakannya sangat terencana dan rapi. Bahkan kepolisian sempat lama menemukan jejak Rudi. Rudi juga tampak hendak melarikan diri keluar Pulau Kalimantan. "Seperti memang sudah direncanakan," kata Taufik.
Taufik meminta polisi tidak mengesampingkan informasi-informasi yang sudah diberikannya.
Husni Sanusi, paman Tari, menambahkan, korban pernah menyatakan sering diteror oleh mantan suaminya. "Korban juga difitnah selingkuh, saat ditemani makan bakso dengan orang yang menjaga rumahnya," kata Husni.
Tak hanya itu, tubuh Tari yang lebih besar dari pelaku, diyakini bisa melakukan perlawanan saat akan dianiaya. Tetapi luka-luka di tubuh korban sepertinya lebih dominan, sehingga korban diyakini tidak memberikan perlawanan yang berarti.
Tari juga memiliki ilmu bela diri. Hal ini yang semakin menguatkan keluarga bahwa Tari tak semudah itu dilumpuhkan. "Korban sering menelepon, sering curhat, kalau diteror dan dicegat seseorang tak dikenal," kata Farida, bibi korban.
Menanggapi keluhan keponakannya, Farida menyarankan agar menabrak orang yang mencegatnya dengan motor atau mobil.
Ditambah lagi, kejadian dilakukan saat korban sedang tidak ditemani kerabatnya. Seolah-olah, pelaku sudah mempelajari kebiasaan korban.
Secara terpisah, Kepala Kepolisian Resor Kota Pontianak, Komisaris Besar Raden Heru Prakoso, menegaskan pihaknya sudah mengedepankan teknik Scientific Crime Investigation untuk mengungkap kasus ini. "Pelakunya tunggal. Namun kita berhasil menangkap penadah barang-barang korban yang dijual pelaku," katanya.
Suami Tari, Novi, tidak bisa dihubungi langsung karena tuna rungu. Keluarga sebenarnya menutupi peristiwa ini dari Novi. Namun, Novi mengetahui dari sosial media. Novi bahkan sempat membuat status bela sungkawa untuk Tari. Menurut ayah Novi, Ali Anafia, saat kejadian, Novi berada di Jakarta. Bahkan Novi tidak pulang ke Pontianak Hari Raya Idul Fitri lalu.
ASEANTY PAHLEVI