TEMPO.CO, Yogyakarta - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhi Purdijatno menyatakan gerakan Islamic State Syiria and Suriah (ISIS) layak menjadi musuh bersama semua negara. Tapi, menurut Tedjo, bentuk peningkatan kewaspadaan terhadap perluasan pengaruh ISIS perlu dilakukan dengan hati-hati.
"Aktivis teroris dari beberapa negara bilang ISIS harus jadi musuh bersama. Saya bilang tolong hati-hati (kalau kampanye di Indonesia)," kata Tedjo dalam Seminar "Mencermati Penyimpangan dan Pemutarbalikan Fakta Sejarah di Masa Penjajahan dan Rencana Penulisan Sejarah Nusantara dan Indonesia Baru," di Fakultas Hukum UGM, pada Senin, 9 Maret 2015.
Tedjo beralasan mayoritas penduduk di Indonesia beragama Islam. Kampanye perlawanan terhadap ISIS yang berlebihan malah berisiko memunculkan simpati terhadap gerakan ini. Tedjo mengatakan jika ada yang salah memberi pernyataan soal ISIS, dikhawatirkan hal tersebut malah memicu simpati bagi ISIS.
Karena itu, menurut Tedjo, Pemerintah Indonesia semakin memperketat pengawasan terhadap arus kunjungan menuju negara-negara Timur Tengah atau sebaliknya. Akan tetapi, pengawasan ketat tersebut tidak akan dilakukan secara gegabah. "Kami tak membatasi pemuda yang akan belajar ke Timur Tengah," kata dia mencontohkan.
Kewaspadaan Pemerintah Indonesia terhadap arus kunjungan dari dan menuju Timur Tengah meningkat setelah kabar hilangnya 16 warga asal Indonesia setelah mengikuti perjalanan wisata ke Turki. Mereka tidak ikut rombongan yang pulang ke Indonesia.
Tedjo mengatakan, berdasarkan laporan Kedutaan Besar Indonesia di Turki, rombongan asal Surabaya dan Solo itu diduga bergabung dengan gerakan ISIS.
Kepolisian dan Keimigrasian, menurut Tedjo, sudah mencatat data detail anggota rombongan itu. Diduga semua anggotanya masih terikat hubungan kekerabatan dalam satu keluarga. "Kalau akan keluar (dari Timur Tengah) akan ditahan pasport-nya, kalau kembali akan ada proses hukum," kata Tedjo.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM