TEMPO.CO, Bangkalan --- Melihat penampilannya, orang tidak akan menyangka Aryo--bukan nama sebenarnya, 29 tahun, pernah menjadi begal sepeda motor. Warga Bangkalan ini, murah senyum dan ramah. Penampilannya jauh dari kesan sangar. "Saya sudah kapok," katanya kepada Tempo, Sabtu, 7 Maret 2015.
Dihajar warga dan pernah merasakan dinginnya sel tahanan, dua hal yang membuat ARS jera merampas sepeda motor. "Lagian sekarang saya sudah punya anak, kasian anak saya nanti kalau tahu bapaknya perampok," ujar dia.
Ekonomi keluarga ARS sebenarnya berkecukupan, meski saat ini tidak bekerja, kiriman dari orang tuanya di perantauan cukup membiayai hidup istri dan anaknya. Lalu kenapa dia menjadi begal? "Ada kebanggaan jadi begal, disegani teman-teman," katanya mengenang.
Terjerumusnya ARS ke dunia kelas itu berawal dari pertemanan dengan begal senior. Awalnya, ARS hanya ikut-ikutan. Setiap kali dapat mangsa, dia mendapat bagian Rp 200 ribu. "Saya jadi joki, teman yang merampok," katanya. Setiap kali beraksi, anggota komplotan bisa mencapai enam orang.
Setelah tahu cara membegal serta ciri-ciri orang yang gampang dibegal, ARS beraksi sendiri. Dia mengajak anak-anak usia sekolah SMP menjadi jokinya. Karena punya komplotan sendiri, ARS mengaku uang yang didapatnya jauh lebih banyak. "Sekali begal bisa dapat Rp 1 hingga 1,5 juta".