TEMPO.CO, Bandung - Tiap sore, keluarga Sukarsih menonton siaran televisi milik Desa Bandorasa Wetan, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Kadang warga Dusun Wage itu menyaksikan gambar sendiri tampil dalam kelompok kasidah. Lain waktu, tetangga dan kenalannya yang muncul di layar kaca. Sejak mengudara akhir Januari 2015, Bandorasa Wetan Televisi atau BWTV menjadi saluran hiburan baru di kanal 62 UHF.
BWTV merupakan televisi komunitas di desa seluas 178,1 hektare dengan penduduk 3.500 jiwa lebih yang tersebar di lima dusun tersebut. Belasan program siarannya ditayangkan pada pukul 16.00-20.00 WIB setiap hari. Karena masih terbatas produksinya, program siarannya kini masih kerap diulang-ulang.
Mata acara televisi desa itu antara lain Warling atau Warta Keliling, berupa informasi seputar desa. Ada juga acara bertajuk Barudak (anak-anak) yang menampilkan permainan anak di kampung serta tayangan kesehatan bertajuk Sehat Itu Indah dengan menyajikan ragam tanaman obat.
Lalu ada acara Demi Waktu berisi dakwah agama Islam, Profil Anak Soleh, dan How to, yang menyajikan cara membuat sesuatu, seperti kertas lipat origami. Adapun Tokoh Bicara dan Masak Desa melibatkan banyak warga untuk memasak secara bergantian dengan olahan resep tradisional dan warisan keluarga. Adapun Musik Sampul menjadi ruang warga desa untuk membuat lagu karya sendiri lalu dibuatkan video klip oleh awak televisi.
Karena masih dalam taraf pengenalan dasar dan belajar menjadi awak televisi, durasi tayangan dibuat pendek, yakni tujuh-delapan menit per program. Awak televisi yang rela bekerja tanpa diupah itu kini jumlahnya 12 orang, kebanyakan anak-anak SMA warga desa tersebut. Sejak Desember 2014, komunitas pembuat film Sunday Screen dari Bandung dan Jatiwangi Art Factory dari Majalengka melatih mereka membuat tayangan video. Yayasan Kelola ikut menyokong dana program pemberdayaan masyarakat itu.
BWTV memancar dari ruangan berukuran sekitar 30 meter persegi di sudut depan kantor Balai Desa. Perangkatnya yang sederhana berharga Rp 60 juta. "Jangkauan siarannya 1,5 kilometer persegi, daya listriknya cuma 15 watt," kata Yopie Nugraha, Direktur Sunday Screen.
Sabtu akhir pekan lalu, Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar berkunjung ke sana, didampingi Bupati Kuningan Utje Hamid Suganda. Deddy memuji pendirian televisi desa itu dan berharap desa lain bisa mengikutinya. "Kalau sampai ada 25 desa saja, sudah luar biasa," ujarnya saat berbincang di gedung serba guna Balai Desa Bandorasa Wetan, Sabtu malam, 21 Februari 2015. Menurut Deddy, ia tengah berkonsultasi dengan seorang praktisi teknologi informasi di Bandung untuk membahas televisi desa berbiaya murah.
Kepala Desa Bandorasa Wetan Dewi Ardesih berkomitmen agar BWTV bisa langgeng. Ia akan mengusahakan punya sejumlah peralatan, seperti kamera dan perangkat pemancar, sendiri. Sebab, peralatan itu saat ini masih pinjam dari Jatiwangi Art Factory. Bupati Utje menyarankan agar BWTV bertahan tanpa mengandalkan bantuan dana dari pihak luar desa. "Kami dituntut kemandirian dengan swadaya masyarakat," ujarnya.
ANWAR SISWADI