TEMPO.CO, Jakarta - Upaya Kepolisian Republik Indonesia melemahkan Komisi Pemberantasan Korupsi banyak mendapat kritik pedas dari berbagai pihak. Salah satunya adalah seniman Sujiwo Tejo.
Dari akun twitternya @sudjiwotedjo, Sujiwo menyindir kepolisian dengan menggunakan penggalan puisi terkenal karya Sapardi Djoko Darmono yang berjudul 'Aku Ingin'.
Sujiwo mencuit begini:
"Aku ingin mencintaimu dgn sederhana, dgn isyarat yg tak sempat disampaikan KPK kpd POLRI yg menjadikannya tiada"
Berikut ini versi asli puisinya:
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu
kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan
kepada hujan yang menjadikannya tiada
(Puisi "Aku Ingin" karya Sapardji Djoko Damono)
Tidak lupa, Sujiwo meminta maaf pada Sapardi Djoko Darmono karena menggunakan penggalan puisinya untuk sindiran tersebut. Begini cuit lanjutannya: "Maaf Mas Sapardi DD"
Cuitan ini tampaknya merupakan salah satu bentuk ekspresi Sujiwo terhadap pengabulan tuntutan Budi Gunawan serta serangan bertubi-tubi pada KPK. Saat ini, dua dari empat pimpinan KPK telah diberi status tersangka oleh Mabes Polri. Ketua KPK Abraham Samad disangka dengan dugaan pembuatan dokumen palsu. Sedangkan Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto, disangka dengan dugaan mengatur kesaksian palsu.
Dua pimpinan KPK yang lain, Adnan Pandu dan Zulkarnain juga telah dilaporkan dan kasusnya sedang diperiksa polisi. 21 oorang penyidik KPK juga kabarnya terancam hukuman pidana terkait kepemilikan senjata api yang telah habis masa izin penggunaannya.
Selain melalui cuitan ini, Sujiwo juga mengekspresikan kekesalannya lewat gambar ilustrasi bernada menyindir. Misalnya, Sujiwo membuat gambar dengan tulisan 'Di depan hukum semua sejajar, entah di belakang hukum'.
Ada pula gambar tokoh Arjuna yang sedang memanah, tapi panahnya bengkok sehingga tidak mengenai apel yang jatuh. "Bahkan hukum gravitasi pun tak bisa kamu tegakkan," kata Sujiwo.
YOLANDA RYAN ARMINDYA