TEMPO.CO, Gresik - Banjir yang melanda Kabupaten Gresik akibat meluapnya air Kali Lamong sejak pekan lalu berangsur surut. Selain menggenangi 1.317 hektare sawah dan 1.107 hektare tambak, luberan anak Sungai Bengawan Solo itu juga merambah ke wilayah yang selama ini belum pernah kebanjiran, yakni satu desa di Kecamatan Kedamean. Namun jumlah permukiman yang terkena dampak banjir menyusut menjadi 1.790 rumah dan 4.378 jiwa.
"Total ada sepuluh desa di empat kecamatan yang masih terendam, tapi air sudah mulai surut," ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Gresik Abu Hassan kepada Tempo, Senin, 9 Februari 2015.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Gresik, dari sepuluh desa di Kecamatan Cerme, tinggal enam desa yang terdampak. Sedangkan di Kecamatan Benjeng masih terdapat satu desa, yakni Gluranploso serta Desa Boboh dan Gadingwatu di Kecamatan Menganti.
Di sisi lain, jumlah warga yang berkunjung ke fasilitas kesehatan meningkat sejak hari kedua banjir. Sebagian besar warga yang berobat menderita gatal-gatal dan kutu air. Adapun sisanya mengeluh batuk, pilek, pusing, dan pegal-pegal. "Sabtu, 7 Februari, 27 orang yang berobat. Besoknya 96 orang, dan siang ini saja sudah 80 orang," kata perawat Pondok Kesehatan Desa Iker-Iker Geger, Nuriyati.
Banjir di Iker-Iker Geger terparah dibandingkan daerah sekitarnya. Terdapat tiga dusun yang masuk desa ini, yakni Geger Kulon, Geger Wetan, dan Iker-Iker. Kedalaman banjirnya lebih dari 1,5 meter. Namun warga memilih bertahan ketimbang mengungsi.
Kepala Satuan Polisi Perairan Kepolisian Resor Gresik Ajun Komisaris Ari Sandi mengatakan pihaknya menurunkan empat personel Sabhara dan enam polisi air khusus di Iker-Iker Geger. "Di Geger, banjir banyak memasuki permukiman warga. Penampungan airnya di sini, jadi surutnya lama," ujarnya.
Berdasarkan pantauan Tempo, empat ruas jalan provinsi dan kabupaten juga masih terputus. Yakni Jalan Boboh-Benowo, Surabaya; Jalan Morowudi-Benjeng, Jalan Benjeng-Balongpanggang, dan Jalan Benceng-Metatu. Meski tak setinggi minggu lalu, ketinggian air bervariasi dari mata kaki hingga 1,5 meter.
Di ruas Jalan Morowudi-Benjeng, warga mulai memperbolehkan kendaraan roda dua melintas. Sebelumnya, baik pengendara roda dua maupun roda empat dilarang memasuki area banjir karena kedalaman air masih tinggi.
ARTIKA RACHMI FARMITA