Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Antasari Azhar dan Babak Baru Kematian Nasruddin

Editor

Bobby Chandra

image-gnews
Mantan Ketua KPK, Antasari Azhar (kanan), berjalan keluar dari ruang sidang di Pengadilan Negeri Tangerang, Banten, 4 Februari 2015. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
Mantan Ketua KPK, Antasari Azhar (kanan), berjalan keluar dari ruang sidang di Pengadilan Negeri Tangerang, Banten, 4 Februari 2015. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
Iklan

TEMPO.CO, Tangerang - Antasari Azhar, mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) meluncurkan bukunya berjudul, Saya Dikorbankan. Buku ini berisi kilas balik perjalanan hidup Antasari di tengah kasus pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran, Nasruddin Zulkarnaen, yang membelitnya. Buku itu ditulis dengan gaya jurnalistik oleh Tofik Pram, mantan jurnalis kriminal.

Pram mengupas sisi kejanggalan dan keanehan yang diabaikan pengadilan. Penulis, yang kini bergiat dalam dunia konsultasi dan produksi media, itu juga menyajikan sisi lain yang belum terungkap, yakni percakapan dengan ahli forensik Mun'in Idris. "Yang ini (pernyataan Mun'in) baru bagi saya, dan menggembirakan," kata Antasari di Pengadilan Negeri Tangerang, Banten, Rabu, 4 Februari 2015.

Peluncuran buku tersebut digelar secara sederhana. Antasari tampil dengan peci hitam dan kemeja putih bergaris vertikal. Didampingi Boyamin Saiman, pengacara yang mendampinginya dalam gugatan perdata terhadap Rumah Sakit Mayapada, Antasari mengatakan akan terus memperjuangkan keadilan. "Tak sepantasnya saya berada di sana (penjara)," katanya.

Pada halaman 183 buku Saya Dikorbankan dalam bab berjudul, Anginnya Kencang, menyajikan hasil wawancara Tofik dengan Mun'im tentang kasus Antasari yang. Dalam buku itu disampaikan, pada suatu hari Mun'im bertemu seorang jaksa senior di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan di Ragunan, Jakarta Selatan. Kebetulan keduanya memberikan materi pelatihan.

Si Jaksa intelijen itu lantas menemui dokter forensik dan memberikan analisis intelijen dengan mencorat-coret di kertas. Pada kesempatan itu Jaksa yang tidak disebutkan namanya ini mengatakan, "Dokter saya kasih inisialnya (orang yang diduga jaksa intelijen sebagai dalang pembunuhan) saja, ya...", kata sang jaksa itu kepada Mun'im Idris, yang juga pengarang buku forensik X-Files.

Saat melihat inisial yang ditunjukkan, Mun'in tertawa. Ternyata dia punya perkiraan yang sama dengan dugaan sang jaksa perihal pembunuh Nasruddin. Bahkan dengan si inisial nama itu pada 1998, Mun'in pernah bertemu sama orang yang dimaksud. Kala itu dini hari setelah mengotopsi jenazah korban Tri Sakti, dokter ahli forensik berkacamata tersebut dipanggil Kapolda Metro Jaya Mayor Jendral Hamami Nata.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mendengar jawaban Mun'im tentang inisial itu, si Jaksa kaget dan dengan setengah berteriak kepada Mun'im, "Dia, Dok, dalangnya!" Sayangnya, kepada penulis buku ini, Mun'im tidak membuka inisial nama tersebut. Mun'im menyimpan rapat-rapat bagian-bagian yang diketahuinya hingga meninggal dunia pada 27 September 2013. Mun'im meninggal di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo akibat kanker pankreas.

Menurut buku itu, Mun'im meyakini bahwa Antasari bukan pembunuh Nasruddin. Mun'im mengatakan, kasus Antasari mirip dengan kasus pembunuhan Ditje Budiasih, peragawati asal Bandung. Dalam kasus tersebut Muhammad Siradjudin alias Pak De divonis kurungan penjara seumur hidup karena dituduh membunuh Ditje. Menurut Mun'im, pola kasusnya hampir sama.

Bedanya, kata Mun'im lagi, cuma soal cerita yang disusun. Kalau Ditje isunya dukun pengganda uang, kalau Antasari adalah kasus cinta segitiga. Yang jelas pasca obrolan dengan jaksa intelejen itu, Mun'im mengatakan ada yang mengingatkan dirinya dengan ucapan, "Hati-hati ya Dok, anginnya kencang." Kalimat inilah yang kemudian menginspirasikan judul salah satu bab buku itu.

AYU CIPTA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Kasus Mayat dalam Koper Bali, Tersangka Sempat Berupaya Hilangkan Barang Bukti

4 jam lalu

Kepala Kepolisian Resor Kota Denpasar Komisaris Besar Polisi Wisnu Prabowo menunjukkan barang bukti dan pelaku pembunuhan seorang perempuan asal Bogor di Polsek Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Sabtu, 4 Mei 2024. Foto: ANTARA/Rolandus Nampu
Kasus Mayat dalam Koper Bali, Tersangka Sempat Berupaya Hilangkan Barang Bukti

Tersangka kasus mayat dalam koper di Bali berupaya menghilangkan barang bukti.


Pembunuhan Mayat dalam Koper Terjadi Juga di Bali, Saksi Pergoki Pelaku Penuh Bercak Darah

5 jam lalu

Kepala Kepolisian Resor Kota Denpasar Komisaris Besar Polisi Wisnu Prabowo menunjukkan barang bukti dan pelaku pembunuhan seorang perempuan asal Bogor di Polsek Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Sabtu, 4 Mei 2024. Foto: ANTARA/Rolandus Nampu
Pembunuhan Mayat dalam Koper Terjadi Juga di Bali, Saksi Pergoki Pelaku Penuh Bercak Darah

Selain di Bekasi, kasus pembunuhan mayat dalam koper juga terjadi di Kuta, Bali


Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Polisi Siapkan Tim Khusus Periksa Kejiwaan Tarsum

16 jam lalu

Personel Inafis Polres Ciamis melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) kasus mutilasi di Desa Cisontrol, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Jumat, 3 Mei 2024. Polres Ciamis mengamankan tersangka mutilasi berinisial TR (50 tahun) yang diduga membunuh dan memutilasi tubuh istrinya Y (50 tahun). ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Polisi Siapkan Tim Khusus Periksa Kejiwaan Tarsum

Tarsum mengakui telah membunuh dan memutilasi istrinya sendiri


Terkuak, Alasan Ayah di Bekasi Hantam Anak Kandung dengan Linggis Hingga Tewas

17 jam lalu

Ilustrasi pembunuhan. FOX2now.com
Terkuak, Alasan Ayah di Bekasi Hantam Anak Kandung dengan Linggis Hingga Tewas

Seorang ayah di Bekasi berinsial N, 61 tahun, menghantam anak kandungnya sendiri berinisial C, 35 tahun menggunakan linggis hingga tewas.


Nurul Ghufron Permasalahkan Masa Daluwarsa Kasusnya, Eks Penyidik KPK: Akal-akalan

18 jam lalu

Mantan Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan dan Yudi Purnomo Harahap menghadiri sidang Praperadilan Firli Bahuri dalam kasus penetapan tersangka dugaan pemerasan terhadap Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Kamis, 13 Desember 2023. TEMPO/Yuni Rahmawati
Nurul Ghufron Permasalahkan Masa Daluwarsa Kasusnya, Eks Penyidik KPK: Akal-akalan

Eks penyidik KPK, Yudi Purnomo Harahap, menilai Nurul Ghufron seharusnya berani hadir di sidang etik Dewas KPK jika merasa tak bersalah


Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

21 jam lalu

Pengolahan bijih nikel di smelter feronikel PT Antam Tbk di Kolaka, Sulawesi Tenggara. TEMPO/M. Taufan Rengganis
Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.


Polisi Duga Suami Mutilasi Istri di Ciamis Karena Depresi Masalah Ekonomi

21 jam lalu

Ilustrasi pembunuhan menggunakan senjata tajam. shutterstock.com
Polisi Duga Suami Mutilasi Istri di Ciamis Karena Depresi Masalah Ekonomi

Polres Ciamis Jawa Barat, belum dapat memastikan motif pembunuhan dan mutilasi oleh suami ke istri di Dusun Sindangjaya.


Ayah di Bekasi Hantam Anak dengan Linggis Hingga Tewas Gara-gara Cekcok Urusan Menantu

22 jam lalu

Ilustrasi pembunuhan. FOX2now.com
Ayah di Bekasi Hantam Anak dengan Linggis Hingga Tewas Gara-gara Cekcok Urusan Menantu

Keributan antara bapak dan anak di Bekasi ini dipicu urusan menantu, atau istri dari korban. Si anak minta ayannya mencari keberadaan sang istri.


Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

1 hari lalu

Sekelompok pengunjuk rasa memegang bendera kuning bertuliskan Khalistan, serta spanduk bergambar pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh, saat melakukan protes di luar konsulat India, seminggu setelah Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengemukakan kemungkinan keterlibatan New Delhi dalam aksi tersebut. pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar di British Columbia, di Toronto, Ontario, Kanada 25 September 2023. REUTERS/Carlos Osorio
Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.


Alexander Marwata Benarkan Pernyataan Nurul Ghufron Soal Diskusi Mutasi ASN di Kementan

1 hari lalu

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Tiba di Gedung ACLC KPK, Jakarta Rabu 12 April 2023. Ia diperiksa Dewas terkait laporan pengembalian Endar Priantoro ke Polri. TEMPO/Mirza Bagaswara
Alexander Marwata Benarkan Pernyataan Nurul Ghufron Soal Diskusi Mutasi ASN di Kementan

Alexander Marwata mengaku membantu Nurul Ghufron untuk mencarikan nomor telepon pejabat Kementan.