TEMPO.CO, Yogyakarta - Tanpa hutan, orangutan adalah gelandangan. Mereka tak punya rumah dan kelaparan. Maka bagi Daniek Hendarto, tanpa dibarengi perlindungan habitatnya, penyelematan primata itu adalah langkah sia-sia. "Seperti ngepel air tapi krannya terus mengucur," kata Manajer Area Centre for Orangutan Protection di Yogyakarta itu, Sabtu 31 Januari 2015.
Malam hari itu di Jogja National Museum, 92 perupa menggelar pameran bersama Life of Umbrella Species untuk mendukung penyelamatan dan rehabilitasi Orangutan. Pameran itu merupakan bagian dari Art for Orangutan, program kerjasama COP dan Gigi Nyala, kelompok kesenian perupa muda yang biasa berpameran bersama.
Baca Juga:
Ia mengatakan pameran seni rupa ini menjadi cara baru bagi kampanye penyelamatan Orangutan. Dengan pelibatan banyak orang, pemahaman tentang pentingnya perlindungan orangutan dan habitatnya meluas di masyarakat.
Bermacam karya, dari lukisan dan gambar hingga patung dipajang dalam pameran yang berlangsung hingga 3 Februari mendatang itu. Hampir semua perupa menjadikan orangutan sebagai obyek utama karyanya. Dari temanya, mereka tuangkan simpati pada penyelematan orangutan.
Lihatlah satu contoh gambar berjudul "Mom, is That You" karya Hendayani Alin Siregar yang menggambarkan seorang perempuan menggendong bayi orangutan. Karya ini, seolah mengingatkan pengunjung pada ribuan orang utan yang kehilangan induknya.
Daniek mengatakan COP banyak menyelamatkan orangutan. Kebanyakan di antaranya adalah bayi. "Induknya pasti sudah terbunuh," katanya. Seekor bayi orang utan yang diselamatkan mewakili dua hingga sepuluh ekor orangutan yang terbunuh. Bayangkan, kata dia, jika kini di sebuah penampungan di Kalimantan terdapat 1.200 bayi orangutan yang direhabilitasi, "Bisa jadi ada 24 ribu ekor orangutan yang sudah terbunuh."
Hilangnya habitat akibat marak pembabatan hutan menjadi faktor utama berkurangnya populasi orangutan. Penulis pengantar untuk pameran ini, Andrew Lumban Gaol mengutip data International Union for Conservation of Nature, pada 2008 tercatat sekitar 6.500 ekor orangutan di Sumatera. Adapun di Kalimantan, World Wildlife Fund merilis ada sekitar 55 ribu ekor di Kalimantan. "Tapi jumlah itu terus berkurang akibat pembukaan lahan hutan," kata seniman jalanan yang turut memamerkan posternya "Hutan untuk Orangutan".
COP mencatat satwa Indonesia kehilangan "rumah" rata-rata 864 ribu hektar hutan per tahun. 20 persennya akibat pertambangan dan 80 persen akibat perkebunan sawit. Selanjutnya, perburuan dan perdagangan satwa liar, menjadi musuh kedua dan ketiga bagi kelestarian orangutan.
ANANG ZAKARIA
Baca berita lainnya:
Cerita Ahok: Jokowi Bukan Takut Bu Mega Tapi...
MA: Gugatan Praperadilan Budi Gunawan Sulit
Calon Kapolri Baru, Ini Sinyal Jokowi ke Kompolnas
KPK vs Polri: 3 Momen Kedekatan Jokowi dan Mega