TEMPO.CO, Pangkalan Bun - Dua puluh dua orang yang terdiri atas penyelam dan awak kapal berkumpul di dek Kapal Negara SAR Pacitan. Dalam posisi "istirahat di tempat", mereka khusyuk mendengarkan arahan dari kapten kapal, Ruslan.
"Ingat. Kita tidak bernapas memakai insang. Jadi, siapkan peralatan dengan sebaik-baiknya dan berusaha tetap tenang. Dua itu yang bakal menentukan keselamatan kita," kata Ruslan saat memberi arahan, Sabtu, 10 Januari 2015. (Baca:Jokowi Sodorkan Budi Gunawan: Ini Mimpi Buruk)
Lima belas menit setelah briefing, yaitu pada 09.20 WIB, kapal mulai bergerak menjauhi Pelabuhan Kumai, Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.
Kapal itu bakal merapat ke KRI Banda Aceh yang sedang berada di lokasi penemuan ekor pesawat Air Asia QZ8501. Menurut Ruslan, KN SAR Pacitan membawa tim penyelam dan peralatan pengangkut ekor tambahan. (Baca:Budi Gunawan Calon Tunggal Kapolri: Ada 2 Rahasia)
Tim penyelam itu merupakan bala bantuan tambahan yang dikirimkan untuk mencari puing Air Asia QZ8501 dan jenazah korban jatuhnya pesawat itu. Di titik KRI Banda Aceh berada, penyelam difokuskan untuk mengangkat ekor pesawat.
Kapal yang dikomandoi Ruslan itu membawa dua lifting bag alias balon untuk mengangkat ekor pesawat. Para penyelam akan mengaitkan balon itu ke ekor, lalu mengisinya dengan udara memakai selang yang disambung dengan kompresor angin dari KRI Banda Aceh. Udara di dalam balon itu yang akan mengangkat ekor mendekati permukaan laut.
MUHAMAD RIZKI
Baca juga:
Gunakan Ganja, Anak Jackie Chan Dipenjara 6 Bulan
Penyisiran Mencari Puing Air Asia Terus Digelar
Disebut Langgar Izin Rute, Transnusa: Mengada-ada
Ini Firasat dari Pasangan Pimred Charlie Hebdo