TEMPO.CO, Semarang - Pemerhati masalah terorisme, Noor Huda Ismail, mengatakan ada alasan berbeda yang dilakukan pemerintah Amerika Serikat dan Australia saat memberikan peringatan kepada warga mereka ketika berkunjung ke Surabaya dan Bali.
Menurut Noor, peningkatan kewaspadaan di Surabaya terkait dengan adanya beberapa simpatisan ISIS yang berasal dari beberapa daerah di Jawa Timur. “Di Surabaya terdapat banyak simbol asing yang biasanya dijadikan sasaran teror,” kata Noor Huda kepada Tempo, Kamis, 8 Januari 2015. (Baca: 'Jauhi Hotel dan Bank Terkait Amerika di Surabaya')
Pada Desember lalu, sebanyak 12 warga Indonesia ditangkap di Malaysia karena ingin bergabung dengan ISIS di Suriah. Ke-12 warga tersebut berasal dari Jawa Timur. Mereka kini telah dipulangkan ke daerahnya masing-masing. Menurut Noor Huda, kegagalan mereka ke Suriah bisa jadi dilampiaskan di Indonesia dalam bentuk aksi teror.
Noor Huda juga menyinggung Salim Mubarok At Tamimi, pengikut ISIS asal Malang, Jawa Timur, yang muncul dalam video ISIS. Dalam video tersebut, At Tamimi mengancam menyerang Panglima TNI Jenderal Moeldoko, Densus 88, dan Banser. “At Tamimi mempunyai beberapa pengikut militan, terutama remaja,” ujarnya.
Sedangkan, kata Noor Huda, ancaman travel warning di Bali lebih beralasan sebagai kawasan wisata yang banyak dikunjungi turis Australia dan Amerika. Teror di kawasan pariwisata akan memiliki bobot pemberitaan lebih. (Baca: Australia Ingatkan Warganya di Indonesia)
SOHIRIN
Berita lain:
Yogyakarta Bicara Hotel dan Kampung di Belakangnya
Menteri Anies: Soal UN Harusnya seperti GRE
'Pembalasan Nabi', Penyerang Charlie Hebdo Terekam