Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mirip AirAsia, Pesawat Ini Celaka karena Awan

image-gnews
Log book pengambilan bahan informasi cuaca di Stasiun BMKG Juanda Surabaya pada 28 Desember 2014. Tercatat AirAsia baru mengambil pada pukul 07.00. Istimewa
Log book pengambilan bahan informasi cuaca di Stasiun BMKG Juanda Surabaya pada 28 Desember 2014. Tercatat AirAsia baru mengambil pada pukul 07.00. Istimewa
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Tim dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Puslitbang BMKG) merilis hasil riset mengenai musibah jatuhnya pesawat Indonesia AirAsia QZ8501. Dalam penelitian berjudul "Kecelakaan AirAsia QZ8501, Analisis Meteorologis" ini BMKG menyatakan pesawat AirAsia jatuh karena faktor cuaca. (Baca: Riset BMKG: Air Asia Jatuh Karena Mesin Beku)

Menurut tim yang beranggotakan Profesor Edvin Aldrian, Ferdika Amsal, Jose Rizal, dan Kadarsah ini, analisis awal menunjukkan bahwa pesawat AirAsia kemungkinan telah terbang masuk kedalam awan badai. Kejadian serupa telah terjadi sebelumnya di kawasan Asia Tenggara.

Contoh kejadian kecelakaan pesawat akibat faktor cuaca terjadi pada 16 Januari 2002. Saat itu, pesawat Boeing 737-300 milik Garuda Indonesia bernomor penerbangan 421 mengalami dual-engine flameout (kehilangan tenaga) akibat mencoba menghindari awan badai. Contoh lain, yakni Adam Air penerbangan 574 jurusan Jakarta-Surabaya-Manado. Pada 1 Januari 2007, pesawat ini mengalami kerusakan pada alat bantu navigasi Inertial Reference System (IRS) akibat cuaca buruk. (Baca juga: Begini Kondisi Awan Saat AirAsia Hilang Kontak)

Tepat beberapa hari sebelum kecelakaan AirAsia QZ8501, pesawat Singapore Airlines jenis Airbus A330-300 bernomor penerbangan SQ-615 yang mengangkut 268 penumpang dan 13 awak mengalami turbulensi (goncangan). Goncangan ini terjadi saat pesawat itu terbang dari Osaka ke Singapura pada 22 Desember 2014, tepatnya di ketinggian 39 ribu kaki di atas Laut Tiongkok Selatan, sebelah utara-barat kota Bandar Seri Begawan (Brunei).

Terkait kecelakaan AirAsia QZ8501, tim BMKG menyatakan fenomena cuaca yang paling memungkinkan adalah terjadinya icing atau pembekuan yang dapat menyebabkan mesin pesawat rusak. Pada saat kejadian, kata tim BMKG, citra satelit IR mengungkapkan suhu puncak awan yang dilalui pesawat AirAsia mencapai -80 hingga -85 derajat celcius. Di dalam awan itu ada butiran es.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Melalui citra satelit Vis, tim BMKG menyimpulkan adanya awan konvektif di jalur penerbangan AirAsia QZ8501. "Hal tersebut juga menunjukkan bukti bahwa ada beberapa puncak awan yang menjulang tinggi pada jalur penerbangan yang dilewati," demikian kutipan riset tersebut.

FERY F

Berita Lain
Bos Air Asia: Headline Media Malaysia Ngawur 

Adian Napitupulu: Wiranto Danai 'Di Balik 98'? 

Tragedi Air Asia, 41 Korban Jemaat dari Satu Gereja

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Jurus Ampuh Mengatasi Gerah Akibat Hawa Panas

2 jam lalu

ilustrasi menyiram air untuk mengurangi dampak dehidrasi. Shutterstok
Jurus Ampuh Mengatasi Gerah Akibat Hawa Panas

Saat tubuh terpapar suhu ataupun hawa panas, respons alami tubuh adalah dengan memproduksi keringat untuk mendinginkan diri.


Suhu Panas di Indonesia, Bukan Heatwave hingga Siklus Biasa

5 jam lalu

Ilustrasi gelombang panas. Sumber: Reuters / Pascal Rossignol / rt.com
Suhu Panas di Indonesia, Bukan Heatwave hingga Siklus Biasa

Fenomena heatwave di sebagian wilayah Asia selama sepekan belakangan tidak terkait dengan kondisi suhu panas di Indonesia


Warga Jawa Barat Rasakan 6 Gempa Sepanjang April 2024, Sebenarnya Terjadi 106 Kali

9 jam lalu

Rekaman seismograf Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, yang merekam gempa M6,2 yang berpusat di laut selatan Jawa Barat pada Kamis malam, 27 April 2024. Pusat gempa berada 156 kilometer arah barat daya Kabupaten Garut. FOTO/Badan Geologi.
Warga Jawa Barat Rasakan 6 Gempa Sepanjang April 2024, Sebenarnya Terjadi 106 Kali

BMKG mencatat 106 kali gempa di Jawa Barat pada April 2024. Dari 6 guncangan yang terasa, gempa Garut M6,2 jadi yang paling besar.


Masuk Awal Kemarau, Suhu Panas di Indonesia Masih Siklus Normal

10 jam lalu

Area persawahan yang kering di kawasan Babelan, Bekasi, Jawa Barat, Selasa, 5 September 2023. Kekeringan yang telah terjadi di beberapa daerah di Indonesia merupakan dampak dari El Nino. TEMPO/Tony Hartawan
Masuk Awal Kemarau, Suhu Panas di Indonesia Masih Siklus Normal

BMKG memastikan suhu panas di Indonesia masih bagian dari kondisi tahunan, seperti kemarau, bukan akibat heatwave.


Selalu Disebut Dalam Prakiraan Cuaca BMKG, Apa Beda Hujan Ringan, Sedang, dan Berat?

10 jam lalu

Sejumlah warga berjalan saat hujan di Jakarta, Jumat 15 Maret 2024. BPBD DKI Jakarta menyampaikan potensi hujan dengan intensitas sedang dan lebat disertai kilat atau angin kencang, dimana kondisi tersebut dipicu aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) serta fenomena Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial yang masih terpantau dan diprediksi aktif di wilayah Indonesia dalam beberapa hari ke depan. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Selalu Disebut Dalam Prakiraan Cuaca BMKG, Apa Beda Hujan Ringan, Sedang, dan Berat?

BMKG memprakirakan kondisi cuaca suatu area berdasarkan data numerik. Hujan ringan, sedang, dan lebat dibedakan berdasarkan intensitas airnya.


Prakiraan Cuaca BMKG: Cuaca Jakarta Waspada Potensi Hujan Disertai Petir

11 jam lalu

Ilustrasi - Pejalan kaki menggunakan payung untuk berlindung dari hujan saat melintas di pedestrian MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan, 5 Desember 2023. (ANTARA FOTO/M RIEZKO BIMA ELKO PRASETYO)
Prakiraan Cuaca BMKG: Cuaca Jakarta Waspada Potensi Hujan Disertai Petir

Prakiraan cuaca BMKG memperkirakan cuaca Jakarta hari ini cerah berawan dan hujan ringan. Sebagian wilayah waspada potensi hujan disertai petir.


Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

17 jam lalu

Petugas Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat thermometer pengukur suhu udara di Taman Alat Cuaca BMKG Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2023. BMKG memprediksi musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia akan berlangsung hingga akhir Oktober dan awal musim hujan terjadi pada awal November 2023. Tempo/Tony Hartawan
Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG


Fakta-fakta Hawa Panas di Indonesia Menurut BMKG

1 hari lalu

Ilustrasi gelombang panas ekstrem.[Khaleej Times/REUTERS]
Fakta-fakta Hawa Panas di Indonesia Menurut BMKG

Menurut Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, fenomena hawa panas memiliki karakteristik yang berbeda dan tak memenuhi kriteria sebagai gelombang panas.


BMKG Jelaskan Heatwave di Asia dan Suhu Panas Maksimum di Sumatera Utara

1 hari lalu

Ilustrasi gelombang panas. Sumber: Reuters / Pascal Rossignol / rt.com
BMKG Jelaskan Heatwave di Asia dan Suhu Panas Maksimum di Sumatera Utara

Fenomena gelombang panas (heatwave) seperti yang baru saja membekap wilayah luas di daratan Asia terjadi karena terperangkapnya udara panas


BMKG: Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Sejumlah Perairan Indonesia

1 hari lalu

Ilustrasi gelombang tinggi. ANTARA
BMKG: Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Sejumlah Perairan Indonesia

Masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap selalu waspada.