Terkait dengan tes kesehatan, khususnya di bagian kesehatan alat reproduksi, Arthur mengatakan hal itu sudah dilakukan selama puluhan tahun. Ia pun tidak menganggap tes itu sebagai pelecehan. Karena toh dokter yang memeriksa memiliki jenis kelamin sama dengan pasiennya. Lagi pula, cara pemeriksaannya pun dilakukan secara tertutup.
"Tes kesehatan itu dilakukan hanya karena dikhawatirkan peserta memiliki penyakit menular atau penyakit yang membuatnya tidak bisa mengikuti kegiatan kepolisian dengan sempurna," ujarnya. (Baca: Sutarman: Informasi Tes Keperawanan Tak Akurat)
Sebelumnya, aktivis Human Rights Watch, Andreas Harsono, mengatakan tes keperawanan yang dilakukan kepolisian saat melakukan rekrutmen polisi wanita sangat merendahkan wanita. Menurut dia, para perempuan calon polisi wanita itu mengalami trauma.
"Padahal mereka bekerja untuk melayani para perempuan dan anak yang juga memiliki trauma, sedangkan mereka belum bisa menyembuhkan traumanya sendiri," tuturnya.
MITRA TARIGAN
Berita Terpopuler
Ahok: Warga Jakarta Tinggal di dalam Sungai
3 Kartu Jokowi Kalah Sakti Dibanding KPS 2013
Kasus Novel FPI Diserahkan ke Kejaksaan
Organda Mogok Massal, Nyaris Tak Ada Angkutan Umum
Ahok Dilantik, 40 Anggota Keluarga Ikut Serta