TEMPO.CO, Kupang - Front Pembela Islam (FPI) dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jakarta diundang melakukan studi banding ke Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk melihat suasana toleransi antar-umat agama. Undangan ini terkait dengan penolakan FPI dan DPRD Jakarta terhadap Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta.
"Saya mengundang Rizieq dan FPI untuk studi banding ke NTT untuk melihat suasana kebersamaan dalam kehidupan yang harmonis," kata anggota DPRD NTT, Jefri Unbanunaek, kepada Tempo, Senin, 17 November 2014. (Baca juga: Rizieq: Ahok Wajib Dilengserkan)
Jefri menerangkan, walau mayoritas warga NTT beragama Kristen, Ketua DPRD NTT adalah seorang muslim. NTT, kata dia, dikenal sebagai provinsi tertinggal, tapi tidak miskin moral. Sebagai organisasi yang selalu vokal, dia menambahkan, setiap kali beraksi, FPI seharusnya menggambarkan hal yang mereka wakili. Jefri mengatakan NTT semakin terbuka. Rasa saling menghargai di provinsi ini pun semakin terpupuk. (Baca juga: FPI Pernah Ditolak di Daerah-daerah Ini)
Penolakan terhadap Ahok, menurut Jefry, adalah bentuk perlawanan FPI terhadap konstitusi. Karena itu, Jefri meminta FPI segera meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia, jika masih ingin menjadi pembela yang benar.
Jika bicara soal keekstreman, kata dia, orang-orang NTT dikenal sangat ekstrem karena besar di alam yang ekstrem. "Namun bukan moralnya yang ekstrem. Saya yakin FPI adalah organisasi yang lahir untuk membela yang benar," katanya.
Baca Juga:
Selain mengundang FPI, dia juga mengajak DPRD Jakarta melakukan studi banding ke NTT, sehingga bisa mengetahui kehidupan penuh toleransi warga NTT. Dengan begitu, mereka akan paham dan tak menolak Ahok menjadi Gubernur DKI Jakarta. "Kalau bisa, FPI dan DPRD Jakarta sekalian, studi banding ke sini," ucapnya.
YOHANES SEO
Berita lain:
NU Halalkan Aborsi Janin Hasil Perkosaan
Jokowi Bahas Industri Pertahanan dengan Merkel
Gubernur Ganjar Khawatir Banyak Kades Dipenjara