Pemanasan global mulai bergeser ke Asia pada abad ke-20 dan tahun 2000-an. Kondisi ini menjadi ancaman bagi kehidupan, ketahanan pangan, dan kesehatan manusia. Sebuah artikel dalam jurnal ilmiah tahun 2013 menunjukkan bagaimana topan Haiyan menghajar Filipina.
Pemerintah di seluruh dunia, kata R.K. Pachuri, wajib berusaha keras mengatasi dampak perubahan iklim supaya suhu bumi tak mencapai 2 derajat Celsius. Peningkatan suhu bumi akan menghancurkan pertanian, terumbu karang, dan kehidupan ikan. "Jika tidak ditekan, suhu bumi diperkirakan akan mencapai 4 derajat Celsius pada 2100," katanya.
Negara di kawasan Asia, kata dia, perlu menggunakan teknologi yang efisien untuk mengatasi emisi gas rumah kaca. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mendorong ekonomi yang lebih produktif, pengembangan manusia, dan kualitas hidup. Contohnya, menerapkan kegiatan ekonomi yang ramah lingkungan, mengurangi kemacetan lalu lintas, menjaga kualitas udara, dan meningkatkan kesehatan publik. Negara di kawasan Asia perlu menggunakan teknologi yang berbasis pada energi terbarukan dan murah. (Baca: Pemanasan Global, Puncak Kerusakan Bumi 2100)
Direktur Regional Asia Climate and Development Knowledge Network Ali Tauqeer Sheikh optimistis laporan Panel Perubahan Iklim Antar-Pemerintah memperkuat usaha jutaan orang di Asia untuk mengatasi dampak perubahan iklim. Tindakan mereka bisa menjadi inspirasi untuk mengatasi perubahan iklim yang cocok dengan negara mereka. "Pemerintah, komunitas, dan individu punya peranan penting untuk mengatasinya," ujarnya.
Adapun Syamsidar Thamrin dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional mengatakan Indonesia berupaya melakukan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. "Kami berusaha berkontribusi terhadap target dunia agar suhu tidak sampai 2 derajat Celsius," katanya.
SHINTA MAHARANI
Berita Terpopuler
Mensesneg Bantah Kritik Yusril Soal Kartu Jokowi
Demi Anak Kecil, Mata Jokowi Tepercik Tinta
Jokowi Mempelajari Infrastruktur Maritim Cina
Pramono: Sore Ini KMP dan KIH Tanda Tangani Kesepakatan