TEMPO.CO, Semarang - Pemerintah Jawa Tengah menyatakan nilai jual sejumlah komoditas perkebunan saat musim kemarau sekarang sedang naik. Kualitas komoditas itu dinilai cocok dipanen saat puncak musim kemarau. "Musim kemarau mempengaruhi kualitas komoditas tebu, kopi dan tembakau," kata Kepala Dinas Perkebunan Jawa Tengah Tegoeh Winarno, Jumat, 31 Oktober 2014.
Data Dinas Perkebunan Jawa Tengah menunjukkan nilai lelang gula hasil panen tebu yang diproduksi pada Oktober mencapai Rp 8.387 per kilogram, atau naik dari hasil lelang sebelumnya yang maksimal hanya Rp 6 ribu. "Tingginya harga itu disebabkan kualitas rendeman tebu Oktober mencapai 7,5 atau lebih baik dibanding sebelumnya yang hanya 6,5 hingga 6,6," kata Tegoeh.
Sayang, Tegoeh melanjutkan, tak semua petani tebu di Jawa Tengah menikmati hasil dari tingginya harga tersebut. Menurut dia, saat ini tinggal sebagian petani tebu di wilayah timur dan selatan Jawa Tengah yang masih memanen tebu. Sedangkan di daerah barat, seperti Pemalang, Tegal dan Brebes, tebu sudah habis.
Selain tebu, nilai jual komoditas kopi jenis robusta di Jawa Tengah saat ini juga meningkat, mencapai angka Rp 23 ribu per kilogram, atau naik dari harga saat cuaca tidak panas yang Rp 18-19 ribu. Selain kualitasnya baik, hasil panen kopi pun melimpah, yakni hingga 1,4 ton per hektare. (Baca: Orang Indonesia Makin Gemar Minum Kopi)
Sedangkan harga tembakau di sejumlah daerah penghasil tembakau di Jawa Tengah saat ini mencapai angka Rp 40-50 ribu per kilogram, lebih tinggi dibanding saat musim hujan.
Tingginya nilai jual sejumlah komoditas perkebunan itu diharapkan menjadi acuan bagi petani agar bisa membaca situasi alam dalam memproduksi tanaman. "Ini jadi pemahaman bagi petani perkebunan. Jangan sampai salah membaca gejala alam, sehingga kualitas tanaman ambruk," katanya. (Baca: RUU Perkebunan Sah, Pengusaha Wajib Perhatikan Ini)
Dinas Perkebunan Jawa Tengah memberikan rekomendasi agar petani menerapkan sistem tanam sesuai dengan gejala alam. Langkah itu terkait dengan kondisi cuaca saat ini yang kadang berubah-ubah.
Ketua Paguyuban Petani Tembakau Demak Supriyadi membenarkan saran Dinas Perkebunan itu. Menurut dia, petani tembakau Demak tak menikmati hasil panen tanaman yang dipelihara karena telanjur menanam tembakau pada Juni lalu. "Akhirnya tanaman sering kena air dan hasil panen tak bagus," kata Supriyadi.
Menurut dia, nilai jual panen tembakau saat ini tak dinikmati anggota paguyuban, yang saat ini sudah beralih pada penanaman jagung. "Sedangkan nilai jual jagung sedang anjlok di kisaran Rp 2.800 per kilogram," kata Supriyadi. Harga itu lebih rendah dibanding nilai jual tahun lalu yang mencapai angka Rp 3.100 per kilogram.
EDI FAISOL
Terpopuler
Ini Sebab Presiden Jokowi Susah Dilengserkan MPR
Jadi Menteri, Gaji Susi Tinggal 1 Persen
Fadli Zon Keluarkan Ancaman untuk DPR Tandingan
Kemlu AS: Menhan Ryamizard bukan Pelanggar HAM