TEMPO.CO, Malang -- Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika Kementerian Pertanian menyediakan sebanyak 200 varietas bibit jeruk. Jeruk berkualitas dan bebas penyakit ini merupakan hasil pemuliaan bibit asli Nusantara.
"Kualitas jeruk Nusantara tak kalah dengan jeruk impor," kata peneliti Harwanto, Ahad, 22 Juni 2014. (Baca juga: Pedagang Minta Impor Buah Dibebaskan)
Jeruk Nusantara, katanya, manis, berwarna cerah dan bersih. Ada ragam pilihan, yakni bibit jeruk untuk dataran rendah maupun dataran tinggi. Bibit tersebut telah disebarkan ke 28 provinsi untuk dikembangkan bagi para petani. Di antaranya jeruk keprok batu menghasilkan buah yang manis dan menarik sehingga bisa bersaing dengan buah impor.
Supaya bisa menguasai pasar dalam negeri, kata Harwanto, harus ada campur tangan pemerintah dalam distribusi dan tata niaga buah. Sebab, impor buah yang berlebihan mengancam buah Nusantara.
Padahal, buah Nusantara lebih segar. Di lain pihak, buah impor disimpan berbulan-bulan bahkan sampai setahun. Impor buah sebagian besar dari Cina dan Thailand. (Baca: Buah dan Sayur Impor Bawa 19 Penyakit)
Petani, Harwanto melanjutkan, dituntut menjaga kualitas dan menjaga kontinuitas produksi. Untuk itu, pemerintah mengembangkan kawasan buah jeruk siam yang dikelola secara terpadu.
Upaya itu meliputi penerapan teknologi pertanian, pendampingan teknis dan marketing. Pola penerapan kawasan buah jeruk sukses dikembangkan di Jember-Banyuwangi seluas 10 ribu hektare. Hasil produksi cukup untuk memenuhi kebutuhan buah Nusantara.
Petani jeruk Selorejo, Kabupaten Malang, Suwaji, menjelaskan tanaman buah jeruk mampu bertahan hingga 30 tahun. Produksi buah mencapai 40 ton per hektare. Selama tak ada penyakit dan produksi optimal petani tak melakukan peremajaan bibit.
"Hasil produksi tetap terjaga asal dirawat dengan benar," katanya.
EKO WIDIANTO
Berita Lain
Jokowi Siapkan Pertanyaan Khusus untuk Prabowo
Timnas Senior Menang 4-0 Atas Timnas Pakistan
Kafe Bercorak Nazi di Bandung Kembali Dibuka