TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara dari Partai Demokrat Ruhut Sitompul mengatakan partainya tak akan berkoalisi dengan calon presiden penebar janji-janji kampanye yang berpotensi membahayakan negara. Alasannya, kata Ruhut, Demokrat takut rakyat kecewa dan menyalahkan bila calon presiden itu membahayakan dan merugikan negara.
"Jelas, kami menghindari koalisi dengan capres yang berbahaya nanti rakyat bisa marah," kata Ruhut ketika dihubungi, Rabu, 7 Mei 2014. Dua calon presiden lainnya yang dimaksud adalah dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Joko Widodo, dan Partai Gerakan Indonesia Raya, Prabowo Subianto.
Ruhut mengatakan contoh janji presiden yang berbahaya itu, misalnya nasionalisasi aset asing yang ada di Indonesia. Sebab, Indonesia tak bisa langsung memutus kontrak panjang karena akan terkena sanksi internasional. Dia mengatakan semua calon presiden mempunyai janji-janji yang sulit direalisasikan.
"Aburizal punya janji, tapi tak terlalu mengumbar dibandingkan dua capres lainnya," kata Ruhut.
Terkait dengan koalisi, Ruhut optimistis Demokrat bisa membentuk poros baru. Dia mengatakan setelah tanggal 15 Mei, calon presiden dan wakil presiden akan diumumkan. Namanya, ujar dia, masih dirahasiakan dan Ruhut meminta masyarakat untuk sabar.
Komunikasi politik untuk poros baru ini, kata Ruhut, sedang berjalan dengan partai-partai lain. Dia yakin ketika Golkar berkoalisi Gerindra, partai lain yang sakit hati akan merapat ke Demokrat. "Kalau Gerindra sama Golkar, PAN, dan PKS yang berharap jadi cawapres pasti sakit hati dan mencari rekan koalisi yang lain," ucap Ruhut.
SUNDARI
Berita Terpopuler:
Komnas HAM Akan Sikapi Pengakuan Kivlan Zein
Omset Bakso Babi Sutiman Rp 30 Juta per Bulan
Soal Kisruh Hanura, Wiranto Selamatkan Hary Tanoe
Monica Lewinsky Buka Mulut Soal 'Affair' Clinton
Foto Seksinya Digunjingkan, Mariana Renata Pasif