TEMPO.CO, Bandung - Penolakan terhadap kehadiran pemikir Islam yang juga pentolan Jaringan Islam Liberal (JIL), Ulil Abshar Abdala, sebagai pembicara di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati, Bandung, disayangkan sejumlah pihak.
Penolakan kali ini datang dari sebagian mahasiswa dan ormas di Bandung yang mengatasnamakan Aliansi UIN SGD BDG tanpa JIL, Senin, 5 Mei 2014.
Salah satu yang menyayangkan kejadian itu ialah guru besar Fakultas Syariah dan Hukum Cik Hasan Bisri. Dalam akun Facebook-nya, ia menuliskan bahwa kampus harus memberikan kesempatan kepada sivitas akademika kampus untuk berdialog secara jujur dan terbuka dengan aliran dan paham mana pun sepanjang menghargai dan menjunjung tinggi etika keilmuan.
"Pemimpin kampus berkewajiban menjamin kebebasan akademis di kalangan dosen dan mahasiswa. Bila tidak, pemikiran akan mandek dan kejumudan akan menjangkit di kalangan masyarakat kampus," tulisnya, Selasa, 6 Mei 2014.
Pihak kampus sendiri menyatakan kejadian itu terkait dengan soal keamanan saja. Kepala Bagian Humas UIN SGD Bandung Sakrim Miharja mengatakan kampus bukannya tidak menghormati kebebasan akademis. Hanya, saat itu suasana tidak kondusif dan tak ada koordinasi sebelumnya.
"Demi keamanan dan nama baik lembaga, sepertinya pak rektor mengambil keputusan untuk membatalkan seminar tersebut," ujarnya kepada Tempo, Selasa, 6 Mei 2014.
Penolakan serupa pernah dialami Ulil sebelumnya saat menjadi pembicara di UIN Suska Riau. Waktu itu Ulil terpaksa menghentikan seminar karena ada aksi penolakan dari pihak kampus.
Ulil dan Zuhairi Musrawi awalnya akan menjadi pembicara dalam rangkaian acara milad jurusan perbandingan mazhab dan hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN SGD Bandung. Namun, dengan tak adanya jaminan keamanan dari pihak kampus, seminar yang bertajuk "Rekonstruksi Nalar Fiqh dalam Mewujudkan Mazhab Alternatif sebagai Upaya Membangun Islam yang Solutif" urung digelar.
IQBAL T. LAZUARDI