TEMPO.CO, Jakarta - Murid Taman Kanak-kanak Jakarta International School (JIS) yang menjadi korban pelecehan mengalami tekanan fisik dan mental. Siswa 5 tahun ini bakal menjalani pendampingan untuk memulihkan kesehatannya. Menurut pengacara korban, Andi M. Asrun, pendampingan buat korban dari psikolog dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia.
"Ada juga pendampingan dari dokter dan psikiater RSPAD Gatot Subroto dan RS Fatmawati," kata Asrun kepada Tempo, Kamis, 17 April 2014. Tujuan pendampingan ini, kata Asrun, adalah untuk memulihkan trauma, baik fisik dan mental, yang dialami korban. Sejak beberapa waktu lalu pun, korban sudah tidak lagi pergi ke sekolah.
Sebelumnya, seorang murid Taman Kanak-Kanak JIS, diduga menjadi korban kekerasan seksual oleh sejumlah pegawai alih daya kebersihan di sekolah itu pada Maret lalu. Saat itu korban yang hendak buang air kecil mendapat perlakuan tak senonoh sehingga mengalami trauma berat. (Baca: Korban Pelecehan TK Tunjuk Dua Terduga Pelaku Baru).
Pada Selasa, 15 April 2014, Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait mengatakan menerima dua laporan dari dua orang tua siswa Taman Kanak-kanak JIS. Diduga kuat anak dari dua orang tua itu turut menjadi korban dugaan pelecehan oleh petugas kebersihan yang sebelumnya terbukti menyodomi seorang siswa di sekolah itu.
"Kemarin (Selasa) saya ditelepon. Ada dua orang tua yang bilang bahwa mereka melihat anak mereka berubah perilaku," kata Arist di Jakarta Timur, Rabu, 16 April 2014. Rencananya, dua orang tua yang melapor itu akan datang Rabu kemarin ke Komnas Anak untuk membuat laporan resmi. Namun tidak jadi karena berhalangan. (Baca: Kasus Murid TK JIS, Polisi Fokus Cari Korban Lain).
MUHAMMAD AMIRULLAH