TEMPO.CO , Jakarta: Juru bicara Partai Demokrat, Ruhut Sitompul, menilai bekas ketua umum partainya Anas Urbaningrum salah memilih pengacara. Menurut dia, para pengacara itu tersebut bukan menolong agar Anas keluar dari permasalahan, namun malah membuatnya terperosok dalam kasusnya.
“Lawyer-lawyer (pengacara) itu menjerumuskan Anas,” kata Ruhut ketika dihubungi Tempo, Ahad, 23 Maret 2014. Menurut dia, para pengacara Anas selalu mengklaim Anas merupakan tahanan politik. “Yang menangani saja KPK, bukan polisi atau jaksa. Itu mau mengalihkan isu.” (Baca: Ruhut: Mau Masuk Jurang, Anas Cari Pegangan).
Ruhut mencontohkan Adnan Buyung Nasution yang baru-baru ini menjadi pengacara Anas. Menurut dia, Adnan mempunyai misi sendiri menjadi pengacara Anas karena motif balas dendam. Adnan, kata Ruhut, sakit hati lantaran dua kali gagal di Dewan Pertimbangan Presiden. “Dua kali mau jadi Watimpres tapi tidak terpilih.”
Contoh lainnya, menurut Ruhut, adalah Firman Wijaya. Menurut dia, Firman identik sebagai kuasa hukum para koruptor. “Yang dia bela koruptor semua, dia jadi pengacaranya Gubernur Banten Atut Chosiyah, meski sudah mengundurkan diri,” kata anggota Komisi Hukum DPR itu. (Baca: Anas Curiga Ongkos Kampanye SBY dari Dana Century).
Pengacara Anas lainnya, Carrel Ticualu, menurut Ruhut, juga terdapat cacatnya. Pasalnya, pasca dicoret dari calon legislator sementara Partai Demokrat, kata Ruhut, Carrel langsung meloncat menjadi calon anggota legislatif dari Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura). “Orang kayak gitu omongannya masih dipercaya,” ujar Ruhut.
Hingga Ahad sore, Adnan, Firman, dan Carrel belum dapat dikonfirmasi. Namun, sebelumnya, anak Adnan, Pia Akbar Nasution, mengatakan pembelaan Adnan terhadap Anas hanya lebih pada menempatkan hukum secara benar. Filosofinya, kata Pia, bukan membabi buta membela para pembayar. (Baca juga: Biaya Kampanye SBY Fiktif, Ruhut: Anas Bohong!).
Sebelumnya, seusai diperiksa KPK, Jumat, 21 Maret, Anas dan Firman mengaku telah menyerahkan data sumber dana kampanye 2009 SBY ke penyidik. Anas mencurigai dana kampanye itu berasal dari dana Bank Century. Apalagi, kata Anas, banyak nama penyumbang, baik dari indivud dan korporasi, yang fiktif.
LINDA TRIANITA