TEMPO.CO, Malang - Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang meluncurkan alat pendeteksi dini penyakit diabetes melitus (DM) bernama KIT GAD65. Alat ini dibuat berdasarkan hasil penelitian para dosen di laboratorium biosains. Dari pengujian yang telah dilakukan, alat itu memiliki tingkat akurasi 100 persen dan sensitifitas 90 persen. "Penelitian ini kami lakukan sejak 1998 dan menghabiskan dana sampai Rp 3,5 miliar," kata salah seorang peneliti, Aulanni'am, Sabtu, 1 Maret 2014.
Ia bersama dua rekannya mengujikan keakuratan alat tersebut kepada 130 orang, dan hasilnya 100 persen akurat. Sebelumnya, KIT GAD65 diujicobakan pada kelinci dan tikus. Hasilnya cukup meyakinkan.
Cara penggunaan rapid test ini sederhana. Sampel darah pasien sebanyak 20 mikro diteteskan ke permukaan alat. Selanjutnya, secara berturut-turut diberi buffer dan signal reagen agar alat bekerja optimal.
Tinggal ditunggu selama 30 menit, alat pendeteksi akan mengukur secara akurat kadar gula dalam darah. Jika ditandai dengan dua garis, artinya sampel darah itu positif DM. Bila hanya satu garis, berarti negatif. Alat pendeteksi dini ini bisa diterapkan pada bayi, anak-anak, ataupun orang dewasa. "Untuk bayi bisa diambilkan sampel darah dari tali pusar," katanya.
Tes untuk anak-anak, kata dia, diperlukan untuk mengetahui potensi penyakit gula yang timbul akibat riwayat genetika orang tua yang menderita DM. Rapid test DM bakal diproduksi massal bekerja sama dengan PT Bio Farma, Tbk. Harga jual diperkirakan sekitar Rp 150 ribu. Menurut Aulanni'am, harga alat deteksi dini itu lebih murah bila dibandingkan biaya tes di laboratorium yang mencapai Rp 1,8 juta.
Rektor Universitas Brawijaya Yogi Sugito mengatakan hasil penelitian itu merupakan sumbangan perguruan tinggi bagi dunia kesehatan. Menurutnya, beragam penelitian kesehatan telah dikembangkan di kampusnya, bekerja sama dengan industri farmasi. "Hasil penelitian bisa langsung diproduksi secara massal untuk kebaikan umat manusia," katanya.
EKO WIDIANTO