TEMPO.CO , Jakarta: - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengaku siap jika harus mundur dari jabatannya. Ia mengaku sedang mempertimbangkan langkahnya itu.(baca: Risma Mundur, Salat Istikharah, Kisah Nabi Yunus )
Langkah Risma mau mundur dari kursi Wali Kota Surabaya bukan sekali ini saja. Sumber Tempo di Surabaya mengatakan, setidaknya sudah empat kali Risma mengancam mundur dari jabatannya.
Pertama saat Risma masih menjabat Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Surabaya. Waktu itu, Risma mengaku ada yang tak puas dengan hasil kerjanya. "Lalu dia curhat kepada seorang tokoh Surabaya untuk mundur," kata politikus ini kepada Tempo, Sabtu 22 Februari 2014.
Kedua, saat Risma menjabat sebagai Kepala Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya. Saat itu dia pernah berkeluh-kesah dengan Wakil Wali Kota Surabaya kala itu Arif Afandi. Persoalannya sama, ada yang tak suka dengan kinerja Risma. Dihadapan Wakil Wali Kota, Risma disebut-sebut ingin mundur dari jabatan.(baca: Curhat Wali Kota Risma kepada Elite PDIP)
Ketiga, ketika Risma sudah menjabat sebagai Wali Kota Surabaya. Dia selama sepekan lebih dikritik oleh harian Jawa Pos atas beberapa kebijakan yang ia terapkan. Lalu Risma disebut sumber mengirimkan surat keberatan ke pimpinan redaksi Jawa Pos. Dalam surat tersebut lagi-lagi Risma mengancam mundur.(baca juga: Risma : Saya Ikhlas Kalaupun Harus Mati)
Terakhir, Risma dikabarkan mundur karena tak setuju dengan pemilihan dan pengangkatan Wisnu Sakti Buana sebagai Wakil Wali Kota menggaantikan Bambang D. H. yang mundur. Isu yang berkembang Risma tak dilibatkan dalam pemilihan Wisnu. Risma dan Wisnu pun disebut-sebut tak sejalan dalam kepemimpinan.(baca: Jika Wali Kota Risma Ingin Mundur, Ini Prosedurnya )
Risma mengakui ada seorang kiai yang mengingatkan dia untuk tafakur. Sang kiai berpesan agar Risma tak bertindak layaknya Nabi Yunus yang meningalkan umatnya, kemudian ditelan ikan Hiu.
Wali kota pilihan Tempo 2012 itu mengaku sedang merenungkan pesan sang kiai. “Sampai sekarang, aku masih berpikir apa, ya, betul aku itu meninggalkan warga, apa betul aku meninggalkan warga atau tidak?” ujarnya. Sejak awal, kata Risma, ia tak pernah berpikir menjadi wali kota. “Aku tak pernah berani berdoa menjadi wali kota, tapi ini sudah takdirku,” ujarnya.
Langkah Risma ini, menurut pengamat politik dari Universitas Airlangga Hariadi, menunjukkan sebenarnya Risma sebagai pemimpin yang kecil hati alias kurang percaya diri. Alasannya Risma, sapaan Tri Rismaharini, tak kuat mengemban tanggungjawab di tengah tekanan yang dia alami. "Seorang pemimpin harus teguh apa pun yang terjadi," kata Hariadi saat dihubungi Tempo, Sabtu, 22 Februari 2014.
Soal tekanan, bukan menjadi alasan bagi Risma untuk mundur. Sebab dia melihat, tekanan yang dimaksud Risma belum begitu jelas.
Sebab, dari sisi lain Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tampak memberikan kepercayaan bagi Risma memimpin. Sebagai contoh, PDIP memberikan kebebasan bagi Risma mengatur jabatan operasional dan anggaran. "Sehingga dugaan kurang 'pede' (percaya diri) Risma makin kuat," kata dia.
AW | INDRA WIJAYA | DEWI SUCI