TEMPO.CO, Purwokerto - Serangan wereng batang cokelat mulai mengganas di Banyumas, Jawa Tengah, membuat petani semakin putus asa. Puluhan hektare sawah diserang hama wereng. Sedangkan pestisida sudah tak mampu lagi membunuh hama tersebut. “Kami coba basmi wereng dengan solar dicampur air karena dengan obat kimia sudah tak manjur,” kata Sarikun, 45 tahun, petani Kecamatan Ajibarang, Banyumas, Kamis, 13 Februari 2014.
Hasilnya? “Banyak hama wereng yang mati,” ujar Sarikun. Toh dia menyadari penggunaan solar bukannya tanpa risiko. “Jika terlalu banyak, lahan pertanian bisa tercemar.”
Pengamat hama di Banyumas, Buchori, mengatakan fenomena petani menggunakan solar untuk memberantas hama sangat tidak dianjurkan. “Penggunaan solar murni inisiatif petani. Kami tidak menganjurkannya,” katanya.
Ketua Kelompok Tani Sri Ayu Ajibarang, Sugito, mengatakan 74 hektare lahan pertanian milik anggotanya terkena wereng dan terancam puso. “Serangan wereng memang terjadi sejak Oktober 2013 lalu. Kami mengalami kerugian amat banyak,” ujarnya.
Mantri tani Kecamatan Ajibarang, Khamdani, menjelaskan serangan hama wereng terbagi tiga katagori. Serangan paling parah melumat lahan 8 hektare, serangan sedang ada di lahan 12 hektare, dan serangan ringan berada di lahan 54 hektare. Serangan paling luas di Desa Ciberung mencapai 18 hektare. “Petani tidak bisa panen. Seluruh padi sudah habis dimakan wereng,” katanya.
Kepala Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) Dinas Pertanian Jawa Tengah Wilayah Banyumas Tri Gunawan mengatakan kondisi curah hujan yang tinggi menyebabkan kelembaban tanah makin tinggi, sehingga mempengaruhi peningkatan pertumbuhan bakteri, termasuk perkembangbiakan wereng batang cokelat. “Di Banyumas, lahan yang terserang wereng mencapai 330 hektare dan di Cilacap 585 hektare,” katanya.
ARIS ANDRIANTO