Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pemkot Yogya Bantah Pindah Patung Go Green  

image-gnews
Patung
Patung "Go Green" karya perupa Herry Maizul dan enam seniman lainnya yang berada di sebelah timur titik nol Yogyakarta. Tempo/PITO AGUSTIN RUDIANA
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Pemerintah Kota Yogyakarta membantah soal beredarnya kabar bahwa pemindahan patung raksasa Go Green atau biasa dikenal dengan Kaki Melangkah atau juga Manusia Akar, yang sejak 2011 terpasang di Titik Nol Kilometer Yogyakarta, akibat intimidasi kelompok ormas tertentu.

Patung berwarna cokelat semu oranye setinggi 5 meter yang dibalut bentuk akar layaknya pohon raksasa itu sejak pertengahan Januari 2014 menghilang setelah dipindah Pemerintah Kota.

Di kalangan masyarakat kemudian berkembang kabar bahwa pemindahan itu terkait dengan tekanan ormas, khususnya kepada Unit Pelaksana Teknis Malioboro, yang mengkaitkan keberadaan instalasi tersebut dengan pornografi. Hal ini dipicu karena patung kaki tersebut dibuat dalam bentuk telanjang hingga bagian pantat seperti tersembul.

"Ya memang kami pindah sejak pertengahan Januari 2014, tapi bukan karena tekanan ormas, apalagi terkait penyebaran pornografi," kata Kepala UPT Malioboro Syarif Teguh Prabowo kepada Tempo, Senin, 10 Februari 2014.

Syarif beralasan, pemindahan patung yang dipasang sejak September 2011 itu dilakukan karena memang masa berlakunya sudah kedaluwarsa.

"Juga karena patung itu sudah kusam, sehingga perlu pengecatan ulang dan pemetaan lokasi baru agar tidak ada wacana seperti penguasaan ruang publik Titik Nol oleh seniman tertentu," kata dia.

Meski demikian, Syarif membenarkan bahwa pihaknya sempat mendapat kritikan terkait pornografi dari patung itu dari orang tak dikenal melalui pesan singkat bagian layanan informasi kota (UPIK). Bunyi pesan itu mempermasalahkan bentuk pantat yang menonjol dari patung tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Karepe opo kok eneng patung bokong neng perempatan (maunya apa kok sampai ada patung pantat di perempatan)?” kata Syarif, menyebutkan isi pesan tersebut.

Namun ia kembali menegaskan bahwa pesan yang muncul awal tahun itu bukan menjadi pendorong alasan pemindahan pihaknya.

"Toh, selama dua tahun lebih juga tidak ada persoalan, hanya memang perlu pemetaan lokasi baru," kata dia.

Meski warga Yogya dan wisatawan telah tampak terbiasa dengan keberadaan patung tersebut dan menggunakannya bak ikon untuk foto di Titik Nol, Sayrif menilai patung itu belum bisa disebut ikon. "Bukan ikon namanya kalau masih dikritik masyarakat," katanya.

PRIBADI WICAKSONO


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

500 Seniman Ramaikan Nuit Blanche di Taiwan

6 Oktober 2018

Direktur Seni Nuit Blanche, Sean C.S Hu menyampaikan program Nuit Blanche ketiga di kota Taipei, Taiwan, 4 Oktober 2018.  Martha Warta Silaban/TEMPO
500 Seniman Ramaikan Nuit Blanche di Taiwan

Berbagai pertunjukan seni seperti musik juga akan ditampilkan di Nuit Blanche Taiwan, termasuk dari para tenaga kerja Indonesia.


Komikus Si Juki: Apa pun Bisa Jadi Meme

4 November 2017

Meme Setye Novanto. twitter.com
Komikus Si Juki: Apa pun Bisa Jadi Meme

Apapun saat ini bisa dijadikan meme. Perbincangan meme kembali hangat setelah penangkapan seorang pembuat meme tentang Ketua DPR Setya Novanto


Karya Teguh Ostenrik Akan Hiasi Kalijodo

9 Agustus 2017

Seniman Teguh Ostenrik tengah mempersiapkan karyanya yang akan dipajang di Kalijodo. Foto: Gino Hadi Franky
Karya Teguh Ostenrik Akan Hiasi Kalijodo

Karya instalasi ini masih dalam proses pembuatan. Karya ini
rencananya dipasang akhir September mendatang.


Di Indonesia Seni Video Belum Diserap Pasar Kelas High End

31 Juli 2017

Ilustrasi wanita membuat video. shutterstock.com
Di Indonesia Seni Video Belum Diserap Pasar Kelas High End

Seni video yang dinilai memiliki perkembangan cukup bagus di Indonesia diharapkan segera mempunyai pasar.


Kisah Putu Sunarta, Seniman Ukir Pembuat Gitar Divart dari Bali

18 Juli 2017

I Putu Sunarta dan dua gitar Divart karyanya jenis akustik dan elektrik. Lokasi di rumahnya, Banjar Dukuh, Desa Penebel, Tabanan, Bali, Selasa, 11 Juli 2017/BRAM SETIAWAN
Kisah Putu Sunarta, Seniman Ukir Pembuat Gitar Divart dari Bali

Lama menekuni seni ukir, I Putu Sunarta kini dikenal sebagai
pembuat gitar bermerek Divart di Bali.


Buku Biografi Pelukis Arie Smit Terbit, Ini Resensinya  

12 Februari 2017

Buku - Arie Smit, Maestro Pemburu Cahaya.  Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Buku Biografi Pelukis Arie Smit Terbit, Ini Resensinya  

Buku biografi pelukis Arie Smit yang ditulis Agus Dermawan T.
terbit.


Otentisitas Sketsa Van Gogh yang Baru Ditemukan, Diragukan

16 November 2016

Direktur Museum Van Gogh, Axel Rueger (kiri), berpose di samping lukisan
Otentisitas Sketsa Van Gogh yang Baru Ditemukan, Diragukan

Buku Sketsa The Lost Arles yang baru dirilis internasional disebut memuat 56 sketsa karya maestro lukis Vincent Van Gogh.


Gatot Indrajati Sabet UOB Painting of the Year 2016

25 Oktober 2016

Seniman asal Jogja, Gatot Indrajati. idchinaart.org
Gatot Indrajati Sabet UOB Painting of the Year 2016

Seniman asal Yogyakarta Gatot Indrajati mendapat penghargaan UOB Painting of the Year 2016.


Berusia 39 Tahun, Teater Koma Berharap Tetap Koma

25 Februari 2016

Ratna Riantiarno memotong tumpeng usai menggelar persiapan pementasan lakon
Berusia 39 Tahun, Teater Koma Berharap Tetap Koma

Punya pemain dan penonton setia. Tetap harus berjuang menjadi
teater yang disukai masyarakat.


Jakarta 'Cekik' Tugu Pancoran, Edhi Sunarso Meratap Kecewa  

5 Januari 2016

TEMPO/Tony Hartawan
Jakarta 'Cekik' Tugu Pancoran, Edhi Sunarso Meratap Kecewa  

Nahas menerpa Monumen Dirgantara di Pancoran. Monumen itu dibangun Edhi Sunarso pada 1970, pada saat kekuasaan Soekarno sudah lemah.