TEMPO.CO, Tasikmalaya - Enam imigrap asal Nepal yang terdampar di Pantai Barat Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, Rabu, 5 Februari 2014, masuk ke Indonesia dengan visa turis. Imigran mengaku sempat menetap di Jakarta sebelum masuk ke Australia dengan cara ilegal.
Narran, salah seorang imigran, mengatakan sebelum ke Indonesia, mereka singgah ke sejumlah negara sebagai turis. Selama 15 hari, mereka berkunjung ke India, lalu ke Thailand 21 hari. Dari sana, mereka melanjutkan perjalanan ke Jakarta. "Kami sebulan di Jakarta," kata Narran saat ditemui di penampungan sementara di Hotel Linggajaya, Tasikmalaya, Jumat, 7 Februari 2014.
Saat di Jakarta, mereka bertemu seorang warga negara India bernama Tutu. Setelah sepuluh hari diajak jalan-jalan di Jakarta, Tutu mengajak Narran dan teman-temannya hijrah ke Australia. "Dia menjanjikan hidup enak di Australia," katanya.
Komunikasi dengan Tutu, kata Narran, kemudian dilanjutkan melalui telepon seluler. Tutu meminta keenam warga Nepal itu mendatangi sebuah tempat di Cisarua, Bogor. "Dari Cisarua, kami diangkut dengan mobil ke pantai," katanya. Di pantai, mereka bertemu dengan 30 imigran lain dari Iran, Bangladesh, dan Pakistan.
Tutu meminta bayaran sekitar US$ 2 ribu per imigran untuk biaya pergi ke Australia. Uang tersebut akan dibayarkan jika imigran telah sampai di Australia. "Nanti ditransfer setelah sampai Australia," ucapnya.
Sayang, mimpi untuk hidup enak di Australia tak terwujud. Ketika mendekati Pulau Chrismas, tentara Australia menembaki dan mengusir kapal yang mereka tumpangi. Menurut Narran, ia dan kawan-kawannya saat ini hanya ingin kembali ke negaranya. "Pergi ke Australia susah," katanya.
CANDRA NUGRAHA