TEMPO.CO, Jakarta - Kecamatan Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah, terancam krisis bahan bakar minyak. Hal ini disebabkan oleh cuaca buruk di Laut Jawa, terutama di seputar perairan Karimunjawa yang dikenal dengan karakter ombak yang tinggi.
Camat Karimunjawa, M. Taksin, menyatakan di gugusan Kepulauan Karimunjawa terdapat enam Pembangkit Listrik Tenaga Diesel, yakni di Pulau Karimun, Nyamuk, Kemojan, Parang, Nyamplung dan Genting. Beberapa pembangkit masih memiliki stok solar hingga awal Februari. Namun, pembangkit di Karimun--yang notabene paling padat penduduknya--stok solar untuk menghidupkan pembangkit hanya sampai tiga hari ke depan.
"Kami terancam krisis listrik," kata Taksin, Rabu, 22 Januari 2014. Pasokan bahan bakar untuk kendaraan juga menipis. Namun, Taksin belum bisa memprediksi persediaan yang ada. Adapun persediaan beras diperkirakan cukup untuk tujuh hari ke depan.
Menurut Taksin, suplai bahan bakar dan kebutuhan pokok yang biasanya dipasok dari Jepara terakhir datang pada awal Januari. Hal ini terjadi lantaran tak ada kapal yang berani berlayar karena tinggi gelombang mencapai tiga meter. Beruntung, saat ini tidak ada wisatawan yang tinggal di kawasan wisata nasional taman laut tersebut.
Untuk mengantisipasi krisis bahan bakar dan pangan, Taksin telah berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Jepara. Biasanya, jika ketinggian ombak tak kunjung menurun, Pemerintah Kabupaten Jepara dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengajukan bantuan kepada TNI untuk mengirim kapal perang guna mengangkut bahan bakar minyak dan kebutuhan pokok. Selain itu, untuk efisiensi bahan bakar, pasokan listrik yang biasanya menyala selama tujuh jam, yakni mulai pukul lima sore sampai 12 malam, kini dikurangi menjadi enam jam.
Lurah Karimun, Arif Rahman, menyatakan agen bahan bakar minyak sudah berusaha untuk mendatangkan 10 ribu liter solar dan lima ribu liter bensin. Namun, sudah dua pekan agen tertahan di Pelabuhan Jepara karena kapal pengangkut tak berani melaut. Diceritakan juga, saat ini terdapat 50 kapal dari beberapa daerah yang bersandar di Karimun karena menghindari cuaca buruk. "Beruntung para awak kapal membawa bekal yang cukup sehingga tidak mengurangi persediaan warga," ujarnya.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Maritim Semarang, Retno Widyaningsih, mengatakan tinggi gelombang di perairan Karimunjawa pada 22 Januari 2014 mencapai empat meter dengan kecepatan angin 30 knot. Pada 25-26 Januari tinggi gelombang turun menjadi tiga meter, tapi pada 27-28 Januari naik menjadi lima meter. "Diperkirakan, gelombang aman untuk kapal pada awal Februari," ujarnya. Penyeberangan Jepara-Karimun hanya dilayani oleh kapal kecil dan sedang. Tinggi gelombang yang aman adalah maksimal 1,5 meter.
Kecamatan Karimunjawa berpenduduk sekitar 10 ribu jiwa. Ada sekitar 27 pulau di kecamatan ini, tetapi hanya sebagian kecil pulau yang dihuni warga--salah satunya Pulau Karimunjawa.
SOHIRIN