TEMPO.CO, Jakarta - Awal September lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kembali mengungkapkan niatnya untuk memindahkan ibu kota. Lewat akun Twitter-nya, SBY menyebut-nyebut Astana, ibu kota Kazakstan, yang baru saja ia kunjungi.
"Kazakstan sukses memindahkan Ibukota ke Astana 4-5 th lalu," tulis SBY. Bahkan SBY juga menyebutkan akan membentuk tim kecil guna memikirkan rencana tersebut dengan pusat perekonomian tetap di Jakarta, sedangkan pusat pemerintahan di kota lain.
Duta Besar Kazakstan Askhat T. Orazbay mengaku merasa terhormat saat Presiden SBY mengatakan terkesan dengan Ibu Kota Astana dalam perbincangan informal seusai makan malam kenegaraan dalam kunjungan lalu. Namun, menurut Orazbay, SBY tidak membahas soal sejarah pemindahan Ibu Kota Astana dalam pertemuannya dengan Presiden Nursultan Nazarbayev, atau pun meminta rekomendasi.
Orazbay menuturkan bahwa Astana, yang sebelumnya bernama Akmola, baru dibangun 10 tahun lalu dari nol. Kota baru itu bersanding dengan kota lama, peninggalan Uni Soviet. Kota yang lama direnovasi dan dipermodern, sedangkan kota baru dibangun berdasarkan teknologi terbaru.
"Semua sistem dikelola dengan baik, transportasi, kebersihan kota, semua layanan berfungsi sebagaimana idealnya sebuah kota," kata Orazbay dalam pertemuan menjelang Hari Nasional Kazakstan akhir November lalu.
Sebelumnya, Astana adalah ibu kota provinsi dengan penduduk 200 ribu orang. Kini, dengan luas wilayah 710,2 kilometer persegi, populasinya mencapai 750 ribu orang. Tata kota tersusun rapi dengan gedung pemerintah berisi beberapa kementerian yang menjadi satu.
Tidak saja Indonesia, beberapa negara telah menyatakan terinspirasi dengan Astana. Salah satunya Iran.
Orazbay mengatakan pemerintahan baru Iran telah mengungkapkan rencana memindahkan Teheran ke tempat lain dengan bercermin dari Astana.
NATALIA SANTI
Berita populer:
Atut Tersangka, Golkar: Tiada Maaf bagimu
KPK Resmi Tetapkan Atut sebagai Tersangka
Atut Tersangka, Rano Karno Disiapkan Jadi Gubernur
Terkait Suap MK, Atut Bertemu Akil di Singapura