TEMPO.CO, Banyuwangi - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mengalokasikan anggaran sekitar Rp 1,4 miliar untuk membuat museum baru pada 2014. Gedung museum baru itu rencananya menggunakan bekas bangunan pengadilan negeri peninggalan masa kolonial Belanda di Jalan Jaksa Agung Suprapto.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, Pemkab bisa membangun gedung seluas 4.400 meter persegi itu setelah Mahkamah Agung menyetujui tukar-guling gedung kolonial tersebut. "Gedung kolonial tersebut merupakan aset Mahkamah Agung," kata Azwar Anas kepada wartawan, Senin, 9 Desember 2013.
Baca Juga:
Bangunan kuno tersebut ditukar-guling dengan tanah milik Pemkab Banyuwangi, yang berada di gedung Pengadilan Negeri Banyuwangi saat ini di Jalan Adi Sucipto seluas 2 ribu meter persegi. Menurut Bupati Anas, pihaknya menunjuk arsitek Adi Purnomo untuk mendesain ulang gedung itu supaya bernuansa kolonial abad ke-18.
Bangunan museum nantinya, kata dia, akan dilengkapi kafe, restoran, dan fasilitas publik lainnya sehingga lebih menarik bagi pengunjung. Namun anggaran yang tersedia itu tidak termasuk untuk penambahan koleksi museum. "Kami akan lakukan revitalisasi museum secara bertahap," kata dia.
Museum Blambangan, Banyuwangi, saat ini berada di Jalan Ahmad Yani Nomor 78, berada satu kompleks dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Kondisi museum yang berdiri tahun 1977 sangat memprihatinkan karena luas bangunan hanya 459 meter persegi dan tak terawat.
Petugas Museum Blambangan, Gatot Siswoyo, mengatakan museum tak dilengkapi keamanan karena tak memiliki kamera intai (CCTV). Sekitar 25 persen dari 572 koleksi Museum Blambangan juga rusak. "Petugas jaganya juga hanya satu," kata dia.
Museum tersebut memiliki koleksi mulai era prasejarah, seperti era Megalitikum, masa klasik Hindu-Budha, masa Islam, kolonial, era kemerdekaan, dan pasca-kemerdekaan.
IKA NINGTYAS
Berita Lain:
Kerusuhan Pecah di Little India Singapura
Ini yang Membuat Mandela Kagum pada Fidel Castro
Alasan Obama Ogah Pakai iPhone
Kronologi Kerusuhan di Little India, Singapura
Kerusuhan Pertama dalam Sejarah Singapura