TEMPO.CO, Ponorogo - Sekitar 2.000 siswa Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur menari sorogompo dan jatil di Monumen Bantarangin, Desa Somoroto, Kecamatan Kauman, Senin, 2 Desember 2013. “Acara ini rangkaian kegiatan penutup bulan Suro,” kata Ketua Panitia Wisnu Hadi Prayitno. Muharam 1435 Hijriah berakhir pada Rabu, 4 Desember 2013.
Menari massal sorogompo dan jatil ini akan menjadi agenda tahunan untuk menjaga budaya dari kepunahan. Siswa TK dan SD dilibatkan untuk memperkenalkan tarian sorogompo dan jatil lebih dini. “Anak-anak perlu dilibatkan untuk menjaga kelestarian budaya yang sudah lama ada,” ujar Wisnu yang juga seniman Reog Ponorogo itu.
Baca Juga:
Dalam peragaan tari massal itu, ribuan anak-anak itu dibagi menjadi dua kelompok. Siswa TK menari sorogompo dengan mengenakan seragam olahraga berwarna hitam dan kuning. Selain itu, mereka juga membawa bendera merah-putih berbahan plastik. Wisnu mengatakan, bendera dibawa sebagai upaya memupuk rasa nasionalisme kepada anak-anak.
Adapun sejumlah siswa SD mendapat bagian memeragakan jatil, yakni pengiring permainan reog. Fitri Wahyuni, guru SD Negeri 2 Ploso Jenar, Kecamatan Kauman mengapresiasi peragaan tarian secara massal tersebut. “Kegiatan ini juga bisa mendidik mental siswa untuk berani tampil di depan orang banyak,” ujarnya.
Kegiatan menari massal dinilai Fitri mampu mendidik karakter dan melatih hubungan sosial antarsiswa TK dan SD. “Mereka bisa saling bersosialisasi.”
NOFIKA DIAN NUGROHO