TEMPO.CO, Surakarta - Bertepatan dengan peringatan ulang tahun ke-68 Radio Republik Indonesia (RRI), RRI Surakarta meresmikan pendirian Museum Penyiaran, Rabu, 11 September 2013. Museum tersebut sebagai bentuk penghormatan kepada Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara VII, yang membentuk Solose Radio Vereniging (SRV) pada 1 April 1933.
SRV adalah cikal bakal dari RRI Surakarta sekarang ini. "Apalagi tanah dan bangunan yang ditempati RRI Surakarta saat ini adalah peninggalan SRV," kata Kepala RRI Surakarta, Santoso, saat peresmian Museum Penyiaran.
Museum Penyiaran di RRI Surakarta diharapkan dapat memelihara memori masyarakat tentang sejarah RRI Surakarta dan penyiaran di Indonesia. Selain itu agar generasi muda bisa mengetahui berbagai perangkat penyiaran sejak zaman dulu.
Museum Penyiaran berada di kompleks RRI Surakarta di Jalan Abdul Rachman Saleh Nomor 51. Letaknya di lantai dua auditorium RRI dengan menempati ruangan yang panjangnya 14 meter dan lebar 4,8 meter.
Benda yang dipajang di museum, seperti radio receiver merek Phillip buatan Belanda tahun 1948, alat perekam yang menggunakan pita reel buatan Belanda pada 1948, pemutar piringan hitam buatan 1948 dari Inggris, alat ukur peralatan studio siaran buatan Jerman pada 1976, dan alat mengukur distorsi peralatan studio siaran buatan Inggris pada 1976.
Koleksi lainnya yaitu piringan hitam, kaset siaran, alat pencampur suara atau mixer buatan Jerman pada 1980, dan pemancar radio buatan Indonesia pada 1970. Museum buka Senin hingga Jumat pada jam kerja. Pengunjung tidak akan dipungut biaya.
Santoso berharap Museum Penyiaran tidak sekadar menyimpan benda penyiaran kuno. Tapi bisa menjadi media pembelajaran bagi masyarakat tentang sejarah penyiaran. "Kami juga melengkapi museum dengan studio untuk dimanfaatkan masyarakat, sehingga museum tidak menjadi benda diam, tapi dinamis karena ada aktivitas di dalamnya," katanya.
Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Surakarta, Yosca Herman Soedrajad, mengatakan RRI Surakarta punya peran penting dalam penyebaran informasi kepada masyarakat. Karena itu layak jika pendukung siaran RRI Surakarta sejak pertama kali beroperasi pada 11 September 1945 didokumentasikan.
"Museum Penyiaran memberi khazanah pengetahuan dan keilmuan bagi generasi muda. Agar mereka tahu sejarah penyiaran di Surakarta," ucapnya.
UKKY PRIMARTANTYO