TEMPO.CO, Surabaya - Pengamat Komunikasi Politik Universitas Airlangga, Henry Subiakto, menegaskan, gaya kampanye politik pasangan Khofifah Indar Parawansa-Herman S. Sumawiredja (BerKaH) tidak berjalan optimal dalam mendulang suara. BerKaH, kata Henry, cenderung memakai gaya hit and run dalam ajang Pemilihan Gubernur Jawa Timur 2013.
Khofifah mengusung kekuatan yang dibesarkan dari Jakarta untuk memenangi pesta politik di daerah. "Gaya Khofifah yang hit and run ternyata gagal menembus pertahanan KarSa yang sudah dibangun lama," kata dia kepada Tempo, Jumat, 30 Agustus 2013.
Khofifah dan Herman lebih banyak menghabiskan hidup dan kariernya di Ibu Kota. Khofifah juga minim dobrakan. Menurut Henry, konsep hit and run ini merujuk pada sikap BerKaH yang datang ke Jatim hanya saat perlu, lantas pergi begitu sudah tidak menguntungkan. Ia melihat gaya komunikasi yang demikian kurang memelihara relasi dengan stakeholder di daerah. Dengan demikian, yang dulunya mendukung Khofifah dalam Pilkada Jatim 2008, banyak yang berpaling ke KarSa.
Pria yang juga menjabat sebagai staf ahli Menteri Komunikasi dan Informatika ini menjelaskan, Khofifah kurang rajin menyiapkan diri untuk running dalam Pilkada Jatim 2013. Ia membandingkan dengan sosok Joko Widodo yang saat ini menjabat Gubernur DKI Jakarta. Jokowi memang dibesarkan di Solo, namun ia sudah banyak membangun jejaring di Jakarta lewat serangkaian program yang populis. Mobil listrik SMK misalnya, lalu sikap Jokowi yang berani menolak pembongkaran pabrik es Sari Petojo hingga berujung konflik dengan Gubernur Jawa Tengah saat itu, Bibit Waluyo. Cara Jokowi ini ternyata mampu mencuri pemberitaan nasional di Jakarta.
Jokowi, kata dia, semakin diuntungkan dengan gaya kepemimpinan Fauzi Bowo yang kaku dan terkesan "arogan". Saat masyarakat Jakarta dihadapkan pada kemacetan, banjir, kesemrawutan, dan sosok pemimpin seperti Fauzi, lalu muncul Jokowi yang hadir dengan gaya low profile, humble, dan merakyat. "Ini yang tidak terjadi di Jawa Timur. Pak Karwo itu sudah merakyat, humble, dan komunikatif."
DIANANTA P. SUMEDI