TEMPO.CO, Banjarnegara - Takut terjadi gempa susulan dan rumahnya ambruk, para pengungsi gempa Dieng menolak pulang ke rumah mereka. Mereka memilih meninggalkan pengungsian pada siang hari dan kembali lagi pada malam hari. "Rumah kami hampir ambruk, jika ditempati kembali, kami takut rumah bisa roboh," kata Abdul Azis, warga Desa Kepakisan, Batur, Banjarnegara, Ahad, 21 April 2013.
Ia berharap pemerintah bisa memahami ketakutan para pengungsi dan tidak memaksa mereka untuk segera pulang ke rumah masing-masing. Menurut dia, selain takut dengan gempa susulan, mereka juga takut dengan erupsi kawah Sileri.
Jarak kawah Sileri dengan permukiman, kata dia, hanya seratusan meter. Berdasarkan pengalaman dia, Sileri bisa menyemburkan lumpur panas jika erupsi terjadi. "Kami akan pulang jika keadaan benar-benar aman dan rumah kami sudah diperbaiki," katanya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, Tursiman, mengatakan, saat ini tinggal 3.000 pengungsi dari sebelumnya 5.000 pengungsi yang tinggal di pengungsian. "Pengungsi yang belum pulang adalah mereka yang rumahnya rusak," kata dia.
Petugas Posko Siaga Darurat Bencana Kawah Timbang, Andri Sulistyo, mengatakan, pengungsi di Desa Dieng Kulon minta untuk dipulangkan ke desa masing-masing, seperti ke Kepakisan dan Pekasiran. "Kami pagi ini mengirim tiga truk ke Desa Dieng Kulon untuk memulangkan para pengungsi," katanya. Ia mengatakan, bagi pengungsi yang rumahnya rusak, akan mendapat bantuan dari pemerintah.
Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno mengatakan, saat ini pendataan rumah yang rusak sedang dilakukan. "Kalau masih bisa ditempati, segeralah pulang. Tapi, kalau berbahaya, jangan pulang dulu," katanya.
Petugas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Cahya Patria, mengatakan, semua pihak harus mewaspadai timbulnya retakan dan rekahan yang diakibatkan gempa berkekuatan 4,8 skala Richter Jumat lalu. "Celah tersebut harus segera ditutup agar tidak menyebabkan tanah longsor," katanya.
Ia mengatakan, gempa bumi masih sering terjadi sehingga sangat rawan longsor jika keretakan tanah dibiarkan. Selain itu, cuaca yang tidak mendukung atau hujan juga berpotensi menyebabkan tanah bergerak.
Berdasarkan pantauan Tempo, longsor akibat gempa banyak ditemui di sejumlah lokasi di Dieng. Sedikitnya empat titik longsor sempat menutup jalur evakuasi utama. Rumah penduduk yang sebagian besar berada di perbukitan juga sangat rawan longsor.
Retakan bahkan banyak terlihat pada fondasi rumah. Tembok rumah retak pada bagian tengah sehingga jika terjadi gempa bisa langsung ambruk. Kebanyakan rumah di daerah itu tidak dirancang untuk tahan gempa karena terbuat dari tembok yang mudah ambrol.
ARIS ANDRIANTO