TEMPO.CO, Jakarta-–Direktur Jenderal Perhubungan Udara Harry Bakti Gumay menyatakan, pesawat Lion Air yang terempas di perairan sekitar Bandara Ngurah Rai, Bali, Sabtu lalu, dinilai terlalu cepat mendarat lima menit. "Pesawat dalam posisi normal mau landing, sudah dapat izin dari tower (clear to land). Dua menit setelah itu, pesawat tahu-tahu turun di laut. Padahal masih cukup jauh. Lima menit lagi itu jauh," ujarnya, Senin 15 April 2013.
Hingga saat ini Kementerian Perhubungan masih menunggu hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) guna mengetahui mengapa pesawat turun lebih cepat daripada seharusnya. "Tidak bisa disebut penyebabnya karena pilot atau cuaca. Kami masih menunggu hasil investigasi KNKT," kata Harry.
Menurut Harry, perlu diteliti mengapa saat itu pesawat Boeing 737-800 NG, yang masih dalam posisi cukup tinggi dan berkecepatan 350 kilometer per jam, tiba-tiba turun ke perairan. Menurut dia, saat pesawat clear to land, logikanya akan terus karena posisi masih tinggi. "Kenapa dia tiba-tiba di bawah?"
Berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, kata dia, pada saat kejadian ada awan kumulonimbus di sekeliling pesawat. Awan gelap tersebut muncul dan cuaca saat itu hujan rintik-rintik. Menurut Harry, perlu diteliti lebih lanjut apakah awan yang membuat pesawat terpaksa mendarat di perairan. "Semua data sedang kami kumpulkan," ujarnya. (Lihat juga: Kronologi Jatuhnya Lion Air di Bali Versi Menhub)
Pesawat Lion Air rute penerbangan Bandung-Denpasar terempas di laut di sisi landasan pacu (runway) Bandara Ngurah Rai, Bali, Sabtu pekan lalu. Pesawat tersebut mengalami patah di bagian ekor, dan masuk ke air. Dalam insiden tersebut, seluruh awak dan penumpang, termasuk pilot Mahlup Ghozali, selamat.
Dugaan cuaca sebagai penyebab terempasnya pesawat juga diungkapkan oleh pilot jet eksekutif, Jeffrey Adrian. Menurut dia, pilot ada kemungkinan sudah melakukan prosedur, tapi tiba-tiba pesawat tertutup awan. “Dan ketika coba naik terkena downdraft," kata Jeffrey, yang pernah menerbangkan pesawat selama 13 tahun di PT Garuda Indonesia Tbk.
Downdraft adalah pergerakan vertikal udara sebagai fenomena cuaca. Menurut dia, pada saat pesawat akan mendarat, cuaca tak terlalu buruk. “Buktinya, pilot Ghozali memutuskan turun hingga melewati minimum descent altitude (MDA).”
MDA adalah batas ketinggian yang tak boleh dilewati pilot pada saat akan mendarat. "Kalau dia sudah turun, berarti bandara sudah terlihat," kata Jeffrey.
Dia menduga, pada saat pilot sudah menurunkan pesawat dari ketinggian 500 kaki dari batas 470 kaki untuk mendekati landasan, tiba-tiba pandangannya tertutup. Melihat kondisi itu, kata Jeffrey, ada kemungkinan pilot segera menaikkan pesawat, tapi gagal, karena pesawat terhalang downdraft.
Menteri Perhubungan E.E. Mangindaan menyatakan pihaknya akan melakukan audit khusus terhadap PT Lion Air terkait kecelakaan tersebut. Selain itu, Kementerian akan mengenakan preventive grounding kepada pilot Mahlup Ghozali. “Preventive grounding berlaku selama dua pekan untuk pemeriksaan lebih lanjut,” ujarnya. Simak kecelakaan yang menim[a Lion Air di sini.
ALI NY | ANANDA TERESIA | MARIA YUNIAR
Topik Terhangat:
Lion Air Jatuh | Serangan Penjara Sleman| Harta Djoko Susilo | Nasib Anas
Baca juga
EDISI KHUSUS Tipu-Tipu Jagad Maya
Kasus Cebongan, Menhan Dianggap Tak Paham HAM
Gayus Tambunan Beli Rumah Dekat Penjara Sukamiskin