TEMPO.CO, Sumenep - Bupati Sumenep, Jawa Timur, KH Busyro Karim mengatakan bayi dan balita penderita gizi buruk di wilayahnya tidak hanya berasal dari kalangan keluarga miskin, tetapi juga keluarga mampu.
Data Dinas Kesehatan Sumenep menyebutkan, hingga Maret 2013, sebanyak 23 bayi di Sumenep menderita gizi buruk. Sebanyak 17,3 persen di antaranya berasal dari kalangan keluarga mampu. "Dari 23 bayi gizi buruk itu, seorang meninggal dunia," kata Busyro dalam acara monitoring dan penanggulangan gizi buruk di Pendopo Agung, Rabu, 3 April 2013.
Fakta ini, kata Busyro, menunjukkan bahwa gizi buruk tidak melulu disebabkan kemiskinan, tapi juga karena kesalahan pola asuh. Selain itu, karena kurangnya asupan gizi pada bayi sejak dalam kandungan. "Selain kemiskinan, gizi buruk disebabkan penyakit dan minimnya pengetahuan orang tua tentang pola asuh yang baik," ujarnya.
Bupati Busyro mengklaim Pemerintah Kabupaten Sumenep mampu menekan angka gizi buruk. Berdasarkan data statistik yang dilansir Dinas Kesehatan Pamekasan, pada 2011 ditemukan 51 kasus gizi buruk. Namun pada 2012 turun menjadi 26 kasus, dan selama 2013 sebanyak 23 kasus. "Penanganan gizi buruk harus melibatkan organisasi masyarakat, seperti fatayat dan muslimat NU," ucapnya.
Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Timur Nina Soekarwo membenarkan sebagian besar kasus gizi buruk bukan karena kemiskinan, melainkan karena kualitas asupan makanan yang tidak memenuhi standar gizi. "Bukan karena kurang makan, biasanya disebabkan oleh pola asuh yang salah," tuturnya.
Itu sebabnya, Nina Soekarwo, meminta tenaga medis di desa ataupun masyarakat proaktif bertanya tentang kualitas makanan yang baik untuk bayi. Sehingga gizi buruk bisa dicegah sejak dini. "Dinas kesehatan harus terus melakukan pendampingan," katanya.
MUSTHOFA BISRI