TEMPO.CO, Dompu - Jumlah terduga teroris yang tewas dalam penggerebekan dan penembakan oleh tim Detasemen Khusus 88 Antiteror adalah empat orang. Seorang lainnya mengalami luka.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Tempo, dua orang tewas saat penembakan di sekitar Gunung Kanduri, Dusun Ginte, Kelurahan Kandai II, Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat.
Keduanya adalah Rauf, 23 tahun, dan Taufik, 21 tahun. Sedangkan yang mengalami luka adalah Anas, 21 tahun. Mereka digerebek di sebuah gubuk di dekat areal kebun kacang tanah, Sabtu, 5 Januari 2013, sekitar pukul 04.00 Wita.
Dua orang lainnya yang tewas adalah Rois, 25 tahun, dan Bachtiar, 21 tahun. Keduanya tewas saat tim Densus 88 Antiteror menggerebek sebuah gubuk di Desa Rora, Kecamatan Madapangga, Kabupaten Bima, NTB, kawasan yang berbatasan dengan Kabupaten Dompu.
Penembakan terhadap Rois dan Bachtiar terjadi pada Jumat malam, 4 Januari 2013, sekitar pukul 19.30 Wita.
Jenazah para korban tewas maupun yang luka saat ini sudah berada di Rumah Sakit Bhayangkara, Mataram.
Sumber Tempo di Dompu mengatakan bahwa salah seorang yang ditembak di sekitar Gunung Kanduri, Dusun Ginte, tubuhnya hancur. Sebab ia menggunakan rompi yang duduga berisi bom. Namun, tidak diketahui secara pasti siapa di antara Rauf dan Taufik yang badannya hancur. ”Terpaksa ditembak dengan rompinya agar tidak menimbulkan bahaya bagi orang lain,” katanya, Sabtu, 5 Desember 2013.
Kepala Lingkungan Dinte, Rustam Efendi, kepada Tempo, mengatakan, warga Dinte mencurigai keberadaan mereka. Dalam dua pekan terakhir ada lima hingga tujuh orang yang berada di sekitar Gunung Kanduri.
Yang diketahui oleh warga Dinte, sehari-hari orang asing itu bekerja di sebuah kebun kacang seluas 1,5 hektare milik Dasiah, warga Desa O’o, Kabupaten Dompu. Mereka menyewa kebun itu seharga Rp 250 ribu untuk sekali panen. Masa tanam baru berlangsung sekitar dua minggu.
Tempo belum memperoleh konfirmasi dari pejabat Kepolisian Resor Dompo maupun Polres Bima. Sedangkan Komandan Kompi Brimob A Dompu, Ipda Muhtar, tetap tidak bersedia memberikan penjelasan karena kasus itu ditangani langsung oleh Mabes Polri.
AKHYAR M NUR