TEMPO.CO, Sleman - Gunung Merapi mengeluarkan asap tebal, Rabu, 5 Desember 2012, sekitar pukul 08.00. Asap berwarna putih pekat itu terlihat dari beberapa pos pemantauan Merapi di Kaliurang, Sleman, dan Selo Boyolali.
Namun, asap solfatara yang tebal itu bukan berasal dari tekanan dalam perut gunung. Melainkan akibat kawah gunung terguyur hujan. "Air hujan bersentuhan dengan kawah yang panas kemudian muncul asap tebal. Kandungan airnya lebih dominan," kata Subandriyo, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK).
Baca Juga:
Meskipun sering terjadi asap tebal, pendakian ke puncak Merapi masih diperbolehkan. Sebab, status gunung itu masih normal aktif dan tidak ada gejolak berarti dari perut gunung.
Selain asap gunung, dalam satu pekan ini terjadi dua kali gempa vulkanik dangkal. Namun tidak menunjukkan adanya aktivitas yang signifikan dari dalam perut gunung. Sedangkan guguran material Merapi juga bukan karena tekanan dari dalam gunung. Melainkan lebih banyak akibat guyuran hujan deras di tebing-tebing yang rapuh. "Kalau hujan mengguyur tebing akan rawan longsor," kata dia.
Subandriyo menambahkan, yang perlu diwaspadai saat musim hujan adalah ancaman terjadinya banjir lahar dingin. Sebab, material vulkanik pasca-erupsi 2010 masih tersisa lebih dari 70 juta meter kubik. Material itu mayoritas berada di sisi barat, selatan, dan tenggara Merapi.
Salah seorang penjaga pos pengamatan Gunung Merapi di Kaliurang, Heru, mengatakan, asap putih tebal mulai tampak sejak pukul 07.45. Pantauan dari pos itu terlihat hingga pukul 08.00 lebih. "Kalau Merapi mengeluarkan asap seperti ini bukan karena ada erupsi," kata dia.
MUH SYAIFULLAH
Berita terpopuler lainnya:
Rhoceng, Rhoma-Aceng untuk 2014 Ramai di Twitter
Golkar Tak Mau Dipermalukan Bupati Aceng
Ada Jenderal Selain Djoko dalam Kasus Simulator
Bos Antivirus McAfee Tertangkap di Meksiko
Jokowi Ngotot Harga Tiket MRT 1 Dolar
Kasus Fany Octora, Bupati Garut Dipecat Golkar?