TEMPO.CO, Balikpapan - Jumlah penderita HIV/AIDS Balikpapan, Kalimantan Timur, terus meningkat selama setahun terakhir. Hingga saat ini, jumlah pengidapnya mencapai 575 orang atau meningkat sekitar 80 persen dari tahun sebelumnya yang sebanyak 300 orang.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, Dyah Mulyani, mengatakan, yang memprihatinkan, penularan penyakit mematikan itu sudah masuk ke rumah tangga. Suami, istri, anak-anak, termasuk bayi yang dilahirkan, sudah terjangkit HIV/AIDS. ”Ada empat bayi yang dilahirkan sudah terinfeksi. Ada pula tiga jabang bayi dari tiga orang ibu yang sedang hamil,” kata Dyah, Kamis, 1 November 2012.
Menurut Dyah, yang tak kalah memprihatinkan yaitu pengidap HIV/AIDS juga meliputi remaja atau yang masih duduk di bangku sekolah. Yang paling muda usianya 16 tahun.
Dyah memaparkan bahwa dari sisi usia, rata-rata pengidap HIV di Kota Balikpapan berusia 20 tahun ke atas. Adapun dari keseluruhan pengidap masih didominasi oleh kaum laki-laki. Kendati demikian, pengidap dari kalangan wanita grafiknya juga meningkat tahun ini.
Berdasarkan fakta tersebut, pengidap HIV/AIDS di Balikpapan semakin muda di bawah 20 tahun hingga 40 tahun dengan jumlah 70 persen dari total penderita. Padahal, dahulu rentang usia pengidap sekitar 25 hingga 60 tahun.
Dyah mengatakan, pihaknya kesulitan mencegah penularan HIV di masyarakat karena satu-satunya alat pengaman yang murah hanya kondom. Padahal, pola penularan saat ini sudah beragam, yakni melalui hubungan seks bebas serta narkoba. ”Kondom adalah yang termurah. Tapi pemakaianya tidak tidak dilakukan dengan baik oleh para penderita itu,” ujar Dyah.
Dyah memperkirakan jumlah pengidap tahun ini bisa melebihi 575 orang karena masih ada yang enggan berterus terang tentang HIV/AIDS yang diidapnya dan belum pernah menjalani pengobatan. Jumlahnya diprediksi sekitar 100 orang. ”Penanganannya memang susah. Kalau kami meminta untuk berobat, paling banyak yang datang hanya 10 persen. Selain itu, mereka enggan minum obat karena obatnya keras,” ucap Dyah pula.
Dyah mengimbau masyarakat agar tidak perlu takut atau mengucilkan para penderita HIV/AIDS. Penularannya tidak semudah yang dibayangkan masyarakat. Sebab, Dyah tidak ingin terulang kasus yang terjadi di Kabupaten Penajam Paser Utara beberapa waktu lalu. Di daerah itu, warga mengusir pasangan suami-istri yang mengidap HIV/AIDS.
Di Kota Balikpapan sudah ada tiga rumah sakit yang menjadi rujukan bagi pasien pengidap HIV/AIDS, yakni Rumah Sakit Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan, Rumah Sakit TNI-Angkatan Darat, dan Rumah Sakit Pertamina.
SG WIBISONO