TEMPO.CO, Yogyakarta - Peneliti ilmu politik senior UGM, Mochtar Masoed, mengatakan Indonesia sudah waktunya untuk merumuskan indeks kebahagiaan guna meneliti lebih dalam efek pembangunan ke masyarakat. Kata dia, indikator pembangunan semestinya tak hanya berasal dari data-data fakta material, melainkan harus pula menyentuh aspek nonmaterial.
"Kita sudah punya indeks korupsi dan demokrasi, sekarang saatnya indeks kebahagaian untuk memberi ukuran keberhasilan pembangunan dari segi yang tak kasatmata," ujar Mochtar Masoed, di Yogyakarta, Sabtu, 27 Oktober 2012.
Mochtar mengatakan, gagasan membuat indeks kebahagiaan sudah lama muncul dalam kajian mengenai pembangunan, yang sudah banyak ditulis oleh berbagai peneliti sejak era tujuh puluhan. Misalnya, dia menyebutkan, pakar pembangunan Indonesia Sudjatmoko atau peneliti ekonomi asal India, Amartya Sen, telah lama memunculkan gagasan itu. "Tapi, sampai sekarang indeks seperti ini belum muncul secara resmi, baik di Indonesia maupun di tingkat dunia," kata dia.
Dia menyebut contoh indeks seperti ini bisa menjelaskan fenomena keberhasilan pembangunan di negara-negara maju yang tak hanya didasarkan pada aspek individu, melainkan kelompok. Misalnya, di Singapura yang memiliki data tingkat bunuh diri tinggi, riset mengenainya sudah didasarkan pada aspek komunitas.
"Komunitas Tionghoa adalah pelaku bunuh diri tertinggi, tapi komunitas Melayu paling rendah. Ini menjelaskan karakter budaya komunitas di negara itu, ada yang memelihara tradisi harapan dan target tinggi sekali, tapi juga ada yang rendah," kata dia.
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Wiendu Nuryanti, menambahkan, Indonesia memang perlu mempersiapkan pembuatan indeks kebahagaian ini, mengingat arus wacananya di dunia internasional terus menguat. Kata dia, indeks seperti ini bisa menjelaskan seberapa memadainya kemampuan masyarakat dalam mengakses berbagai fasilitas seperti permodalan, pekerjaan, ruang publik, dan kebebasan berekspresi.
"UNESCO juga sedang menyusun rancangan mengenai indeks kebahagiaan ini," ujar Wiendu saat berkunjung ke Yogyakarta, hari ini.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM