TEMPO.CO , Sumedang - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Bambang Widjoyanto memberikan kuliah umum bertema 'Korupsi dan Budaya' di kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Rabu 10 Oktober 2012.
Salah satu fokus kuliah yang juga dihadiri mahasiswa jurusan antropologi se-Indonesia ini adalah kontribusi keluarga dan lingkungan dalam menumbuhkan perilaku korupsi dan antikorupsi. Untuk mendukung tesis arti peranan keluarga tersebut, Bambang kemudian mengajak mahasiswa menyaksikan film pendek besutan sutradara Ine Febriyanti.
Hadirin menyaksikan bersama film berjudul "Selamat Siang, Risa." Film pendek kampanye antikorupsi berdurasi 15 menit itu diputar di kuliah umum, di Balai Sawala, Rektorat Universitas Padjajaran.
Merujuk keluarga Woko dan anak mereka Risa dalam film, Bambang memaparkan bahwa keluarga yang mampu meredam budaya permisif berkontribusi positif atas tumbuhnya sikap antikorupsi. "Kalau keluarganya permisif bagaimana anaknya nanti bisa tidak tahan untuk korupsi. Bahkan produksi kejahatan justru sebagian dibantu keluarga," katanya.
Bambang juga mengajak kepala keluarga atau calon kepala keluarga untuk mewaspadai peer group alias kelompok bermain anak di luar rumah. Pasalnya, hasil sejumlah studi menunjukkan jika peran peer group bisa menggantikan keluarga batih. Padahal sikap permisif dan koruptif juga acap ditularkan lewat peer group.
"Peer group bisa mengalahkan peran orang tua jika orang tua lebih dekat dengan teman kerja mereka, tetangga mereka, ketimbang dengan anak sendiri," kata peraih doktor ilmu hukum pidana dari Unpad ini. "Jadi keluarga antikorupsi itu harus dibangun, jangan sampai kehilangan orientasi. Karena keluarga kalau tak bisa menopang sikap antikorupsi bisa membahayakan."
Bambang juga memaparkan, jika sikap permisif yang didukung keluarga dan lingkungan ini bisa menumbuhkan sedikitnya 3 jenis korupsi. Ketiganya adalah korupsi terpaksa, korupsi memaksa, dan korupsi dipaksa. "Korupsi terpaksa karena didesak kebutuhan sering terjadi di kalangan ekonomi lemah. Ini permisivisme untuk kelangsungan hidup," katanya.
Yang lebih berbahaya, Bambang melanjutkan, adalah korupsi memaksa yakni yang biasa dilakukan justru oleh para pejabat dan orang-orang kaya. Jenis korupsi ini dipicu sikap permisif terhadap keserakakahan. "Dan yang paling bahaya adalah korupsi sistemik seperti banyak terjadi di masa orde baru. Ini korupsi politik memanfaatkan kewenangan publik untuk mengeluarkan keptusan dan peraturan yang membenarkan korupsi," katanya.
ERICK P. HARDI
Berita terpopuler lainnya:
Perwira Polisi Minta Maaf Setelah Curhat Soal KPK
KPK Sudah Pegang Bukti Keterlibatan Anas
Kisah Idola AKB48 yang Jadi Bintang Porno
Peraih Nobel Siswa Terbodoh Waktu SMA
10 Alasan Mengapa Desktop PC Belum Punah
Tewas Setelah Makan Kecoa
Anas Dinilai Tak Terlibat Korupsi PLTS