TEMPO.CO , Malang -- Pusat rehabilitasi lutung jawa (Trachypithecus auratus) Javan Lutung Center (JLC) melepas 13 ekor lutung ke hutan lindung Coban Talun Batu, Kamis 13 September 2012. Lutung itu dibagi dalam dua kelompok yang sama-sama berisi satu ekor lutung jantan dewasa. Satu kelompok dipimpin lutung bernama Tukul (7 tahun) dan satunya Rojali (9 tahun).
"Seluruh lutung sudah melalui proses karantina, sosialisasi dan pemeriksaan kesehatan," kata manajer JLC, Iwan Kurniawan. Selain Tukul dan Rojadi, lutung lain berjenis kelamin betina dan tiga di antaranya bayi. Masing-masing kelompok memiliki bayi untuk menguatkan sifat melindungi para lutung dan membentuk kelompok mereka agar lebih solid.
Semua lutung tersebut adalah hasil sitaan Balai Besar Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Jawa Timur. Sitaan dari sejumlah tempat di Tapal Kuda meliputi Situbondo, Bondowoso, Jember dan Banyuwangi. Habitat lutung tersebar di kawasan taman nasional dan hutan lindung di Tapal Kuda Jawa Timur.
Sebagian lagi diserahkan warga yang sadar setelah mengetahui satwa tersebut berstatus dilindungi. Untuk membentuk dua kelompok ini, para lutung menjalani masa adaptasi selama tiga sampai lima tahun. "Masing-masing individu berbeda," katanya.
Setelah menjalani adaptasi, mereka dilatih untuk dilepasliarkan. Pelatihan meliputi perubahan perilaku berupa pakan dan perilaku di alam. Lutung saat dipelihara manusia berubah perilakunya makan nasi, buah dan jarang makan dedaunan. "Padahal, pakan alaminya daun, serangga dan buah," katanya.
Selain itu, lutung dilatih untuk memanjat pohon bergelantungan di dahan dan mempertahankan diri dari predator. Setelah siap dilepaskan ke alam, lutung menjalani pemeriksaan meliputi penyakit TBC, Hepatitis dan Herpes. Selama evaluasi, lutung siap di lepas ke habitatnya.
Dari hasil survei habitat, hutan lindung Coban Talun yang kaya dengan aneka jenis pepohonan dan rumput pakan alami lutung, dinilai cocok. Sekitar 90 persen tumbuhan di kawasan hutan lindung seluas 60 hektare itu berupa pakan lutung. Relawan JLC juga menyiapkan kandang yang terbuat dari papan dan bambu untuk persiapan pelepasan.
"Sebagai rumah pohon lutung, jarak jelajah masing-masing kelompok 21 hektare," kata Iwan. Kawasan hutan lindung tersebut memang awalnya menjadi habitat lutung. Populasi lutung menipis setelah terjadi perambahan hutan untuk pertanian dan hutan produksi. Sehingga lutung jawa mengalami kepunahan lokal.
Setelah dilepaskan ke alam, relawan JLC akan memantau dan mengawasi perilaku lutung. Pemantauan terutama untuk memastikan semua lutung bisa beradaptasi setelah masuk ke kawasan hutan lindung. Selain itu, JLC juga melindungi mereka dari perburuan liar. Pengawasan dilakukan selama setahun dan dievaluasi.
EKO WIDIANTO