TEMPO.CO , Jakarta:Mata Eko Sulistio berkaca-kaca kala mengingat perjalanan tim relawan Cidahu 37 dari puncak satu Gunung Salak ke posko pencarian dan evakuasi korban tragedi Sukhoi di Cijeruk, Bogor, Jawa Barat.
Jumat lalu, 16 anggota tim relawan itu berjalan kaki selama delapan jam menuju ke sana. Bekal makanan dan minuman sudah habis. Mereka makan dan minum apa saja yang ditemui di perjalanan. "Minum dari kubangan, pelepah pisang, dan rambutan," kata Eko di Jakarta Ahad 13 Mei 2012 kemarin.
Tim Cidahu 37 termasuk salah satu pembuat jalur evakuasi. Bersama Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dan Batalion Intai Amfibi (Yontaifib) Marinir, mereka membuka jalur evakuasi di Salak Satu dengan tebing curam 85 derajat. Mereka menanam pancang dan mengikat tali di sekujur tebing agar jenazah korban tragedi Sukhoi bisa dievakuasi.
Perjalanan tim dimulai Kamis dinihari, beberapa jam setelah pesawat Sukhoi Superjet 100 asal Rusia dikabarkan hilang. Eko, yang berangkat dari Jakarta, berkumpul bersama para pendaki yang berdomisili di Cidahu. Ada 37 orang yang terkumpul, termasuk Eko. "Mereka adalah pendaki-pendaki yang tinggal di Gunung Salak. Sangat menguasai Medan."
Di Posko Cijeruk, mereka bertemu dengan sejumlah tim lain. Pada Kamis, sekitar pukul 10.00 WIB, tim-tim itu berpencar. Anggota Tim 37 juga berpencar, sehingga anggota Tim Cidahu bersama Eko tinggal 16 orang. Mereka bergerak menuju puncak tiga Gunung Salak. "Informasi yang kami dengar di radio menyebutkan lokasi pesawat bisa dilihat dari puncak tiga," kata Eko.
Tiba di puncak tiga, Kamis sore, mereka bisa melihat tebing tempat Sukhoi tertabrak. Saat itu pula tim evakuasi sadar mereka menghadapi medan ekstrem. Mereka melihat tebing terjal yang tingginya lebih dari 500 meter. Itulah puncak Salak Satu. "Setelah lihat medan terjal, sebagian tim evakuasi turun ke posko," ujar Eko.
Sementara itu, tim Eko tidak turun. Pada Jumat pagi, mereka berjalan ke Salak Satu. Di sana mereka bertemu dengan anggota Kopassus dan Yontaifib Marinir. “Mereka yang pertama tiba di sana,” kata Eko.
Saat itu anggota Marinir dan Kopassus belum turun ke lembah tempat puing Sukhoi dan jenazah berada karena tak punya alat turun tebing. Tim Cidahu bersama para anggota TNI itu lantas memutuskan membuka jalur dan menuruni tebing dengan tali. Jumat siang, mereka pun berhasil membuka jalur evakuasi.
Saat itulah tim berhasil mengangkat empat kantong jenazah dari tebing ke puncak. Kemudian tim-tim lain berdatangan membantu evakuasi.
ANANDA BADUDU
Berita Terkait
Basarnas Menduga Kotak Hitam Ada di Ekor Pesawat
Chappy Hakim: Sulit Percaya Sukhoi Rusia Jatuh
Keluarga Korban Sukhoi Tinggalkan Halim
Tragedi Sukhoi: Begini Badan Sayapnya Usai Jatuh
Tragedi Sukhoi, Chappy Hakim: Titanic Saja Terjadi
Dua Anggota Tim SAR Rusia Balik Badan
Ini Alasan Helikopter Rusia Belum Ikut Evakuasi
Identifikasi Jasad Sukhoi Pakai Prosedur Interpol