TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat militer Andi Widjajanto mengaku kaget pesawat Sukhoi Superjet 100 hilang kontak pada saat tes penerbangan yang dilakukan di Jakarta, Rabu 9 Mei 2012. Menurut Andi, pesawat ini merupakan pesawat terbaru buatan Rusia yang mendapat sertifikat kelayakan terbang dari Badan Keselamatan Penerbangan Eropa (EASA).
"Jadi secara standar keamanan sudah standar Eropa yang bisa diterima di negara seluruh dunia," kata Andi ketika dihubungi Tempo, Rabu malam, 9 Mei 2012.
Untuk pesawat berkapasitas 75-100, pesawat Sukhoi Superjet 100 ini hanya punya saingan Airbus 318. Meski dirakit di Rusia, kata Andi, komponennya berasal dari dirgantara negara-negara Eropa seperti Prancis, Inggris. Sistem komunikasi sudah canggih karena menggunakan komponen Amerika Serikat.
"Saya kaget dengan kejadian ini, apalagi tidak ada komunikasi ketika terjadi bahaya," kata pengamat militer dari Universitas Indonesia ini. "Ini adalah kecelakaan pertama yang dialami pesawat ini di seluruh dunia."
Pesawat Sukhoi ini mulai dibangun sejak 2002. Mereka menggunakan konsultan dari Boeing. Produk dari perusahaan pantungan antara Rusia dan Italia, Sukhoi Superjet 100, mulai terbang tahun 2008. Dua tahun kemudian, Mei 2010, pesawat ini mendapat sertifikat EASA. "Total sudah ada 240 pesawat ini di seluruh dunia," katanya.
Andi menduga hilangnya kontak komunikasi pesawat Sukhoi yang terjadi karena cuaca yang tidak familiar bagi pilot, karena kalau dari sisi radar sempurna. "Kemungkinan saat pesawat turun dari sepuluh ribu kaki ke enam ribu kaki kena Gunung Salak sehingga jarak pandang pilot terganggu dan tidak bisa memberi sinyal bahaya," katanya.
RINA WIDIASTUTI
Berita terkait
Sukhoi yang Hilang Lagi Tur ke Asia
Nama 8 Penumpang Sukhoi Warga Rusia
Fakta Soal Sukhoi Superjet-100
Batal Naik Sukhoi, Suharso Monoarfa Selamat
Sukhoi Superjet Hilang, TNI AU Tak Ikut Mencari
Dua Wartawan Majalah Commando Ikut Sukhoi
4 Jam Terbang, Sukhoi Superjet Diduga Jatuh
Batal Naik Sukhoi, Suharso Monoarfa Selamat