TEMPO.CO, Jakarta - Perairan Probolinggo beberapa hari terakhir ini mulai dilanda musim ubur-ubur. Ratusan ribu ubur-ubur memilih untuk merapat di pinggiran pantai utara Jawa, tepatnya di sekitar Pelabuhan Tanjung Tembaga dan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP), Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo Jawa Timur.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Tempo, hampir setiap tahun sekali ubur-ubur memilih untuk bergerombol di perairan Kota Probolinggo. "Biasanya saat peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau," kata Abidin, nelayan setempat, Senin sore, 30 April 2012 kemarin.
Dia mengatakan, nantinya ubur-ubur tersebut akan menghilang dengan sendirinya. "Tidak perlu dibasmi. Nanti akan pergi dengan sendirinya," katanya. Keberadaan jutaan ubur-ubur ini, kata Abidin, cukup mengganggu aktivitas para nelayan.
"Terutama saat menebar jaring. Banyak ubur-ubur yang nyangkut di jaring ikan. Terpaksa harus kami bersihkan," katanya. Hal inilah yang kemudian menambah pekerjaan para nelayan. Ubur-ubur yang tersebar secara berkelompok ini juga bisa menghambat laju kapal yang hendak berangkat melaut. "Banyak ubur-ubur mati terkena kipas perahu nelayan saat kapal melaju," katanya. Sebagian nelayan, kata Abidin, harus mencari tempat agak ke tengah untuk mencari ikan agar terhindar dari ubur-ubur ini.
Keberadaan jutaan ubur-ubur ini juga sempat dikeluhkan beberapa warga lainnya yang hendak mandi di pantai. Mereka akhirnya urung untuk mandi lantaran khawatir akan bahaya yang ditimbulkan ubur-ubur ini. Mukhlas, warga Kelurahan Jati, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo, mengaku tidak berani untuk berenang di pantai. "Takut gatal-gatal," kata Mukhlas. Dia tidak tahu sejak kapan ubur-untu ini muncul dan bergerombol di tepai pantai. "Enggak tahu kapan munculnya," kata dia.
Hal yang sama juga dirasakan para penghobi mancing di sekitar PPP. Keberadaan ubur-ubur ini diakui cukup mengganggu keghiatan mancing mereka. "Ikan tidak mau mendekati kail," kata Gianto, warga setempat yang sering mancing di PPP. Bahkan, tak jarang, ubur-ubur yang nyantol dan terkena pancing mereka.
DAVID PRIYASIDHARTA