TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Survei Indonesia (LSI) mengingatkan partai politik untuk segera berbenah diri. Kalau tidak, kepercayaan pemilih terhadap partai akan terus menurun. "Kalau performa partai terus menurun, golput (golongan putih) akan menjadi bahaya sangat besar pada pemilu 2014 nanti," ujar peneliti LSI, Burhanudin Muhtadi, di kantor LSI, Jakarta, Ahad, 19 Februari 2012.
Menurut Burhanudin, dari survei yang dilakukan LSI pada 1-12 Februari 2012 terhadap 2.050 responden dengan metode acak bertingkat lebih dari 50 persen responden berpotensi tidak akan memilih pada pemilu 2014. Hanya 49 persen responden yang sudah mantap menentukan pilihan. Sebanyak 25 persen belum menentukan pilihan dan 26 persen masih ragu-ragu dan belum mantap dengan pilihannya.
Peneliti pada Centre for Strategic and International Studies (CSIS) J. Cristiadi menyatakan menurunnya kepercayaan publik pada partai politik ini sebagai akibat merosotnya fungsi partai. Belakangan muncul kecenderungan partai hanya berkutat soal kekuasaan tapi abai terhadap fungsi sosial di tengah masyarakat. "Kalau partai tak segera kembali pada kodratnya, jangan heran kalau suara mereka terus menurun."
Dari hasil penelitian LSI bahkan partai besar seperti Demokrat mengalami penurunan suara menjadi 13,7 persen. Sebelumnya pada Pemilu 2009 suara Demokrat jauh mengungguli partai lain dengan 21 persen suara.
Sedangkan dukungan untuk Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tidak menunjukkan perubahan berarti. Golkar meraup suara 15,5 persen dan PDIP 13,6 persen.
Suara untuk partai menengah juga tidak mengalami perubahan. Masing-masing partai tetap di sekitar angka hasil pemilu 2009 lalu. Gerindra meraup 4,9 persen, Partai Persatuan Pembangunan 4,9 persen, Partai Kebangkitan Bangsa 4,6 persen. Sedangkan Hanura dan Partai Keadilan Sejahtera mengalami penurunan menjadi 1,2 persen dan 3,7 persen.
Menurut Cristiadi, agar pemilu 2014 mendatang berjalan demokratis dan ideal, partai harus segera melakukan pembenahan internal. Dia juga mengingatkan agar partai-partai melakukan terobosan baru, dengan tidak hanya bersandar pada kampanye anti-pemerintah.
IRA GUSLINA