TEMPO.CO , Bandung - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengusulkan empat situs geologi di Indonesia menjadi situs Geopark Nasional. ”Indonesia belum punya Geopark,” kata Kepala Badan Geologi R Sukhyar di Bandung dalam diskusi soal Pemberdayaan dan Penyebarluasan Informasi Bidang Geologi di Bandung, Selasa, 14 Februari 2012.
Sukhyar mengatakan, empat situs yang merupakan bagian dari keanekaragaman geologi Indonesia yang diusulkan itu adalah Geopark Raja Ampat di Papua, Merangin Jambi, Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat, serta Danau Toba di Sumatera Utara. Badan Geologi mengusulkan empat situs geologi itu untuk ditetapkan menjadi situs Geopark Nasional oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Dia berharap menteri menerbitkan keputusan soal itu tahun ini.
Selain empat situs itu, Badan Geologi sudah mengirimkan usulan untuk menjadikan situs geologi kawasan Gunung Batur di Bali dan kawasan karst batu gamping Pacitan di Jawa Timur. Dua situs ini sudah diusulkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sejak 2010 lalu pada Unesco untuk ditetapkan menjadi situs Geopark Dunia.
Menurut dia, khusus empat situs geologi yang tengah diusulkan menjadi situs Geopark Nasional pada menteri, selepas menyisir 170 situs geologi di Indonesia. ”Yang sudah diinventarisasi badan Geologi ada 170 keanekaragaman geologi, akan kita kaji lagi mana yang akan menjadi warisan geologi atau Geologi Hertage,” kata Sukhyar.
Sukhyar mengatakan, keanekaragaman geologi itu bukan hal baru. Dulu situs semacam itu dikemas menjadi objek wisata atau sebagai geotourism. ”Sekarang bagaimana keanekaragaman itu kita identifikasi, dan langkah selanjutnya adalah bagaimana menjadikan ini sebagai warisan geologi, baru dipikirkan pemanfaatannya,” katanya.
Dia menjelaskan, tujuan penasbihan kawasan ini menjadi Geopark Nasional di antaranya untuk memudahkan pemeliharaan kawasan itu tidak hanya sebagai lokasi wisata, tapi juga sumber pengetahuan. ”Kalau dari sisi pemanfaatan Badan Geologi tidak bisa sendirian,” kata Sukhyar.
Kepala Pusat Survey Geologi, Badan Geologi, Ahmad Djumarma Wirakusumah menjelaskan, sejumlah komponen jadi pertimbangan untuk menjadikan satu kawasan digolongkan sebagai keanekaragaman geologi. Yakni dari komponen batuannya, keberadaan fosil, mineral, bentang alam yang unik, serta proses pembentukannya.
Sementara ini, Badan Geologi mengumpulkan ada 170 situs geolgi yang masuk kategori keanekaragaman geologi atau Geodiverstiy. Selepas itu, dipilah lagi dengan membandingkannya satu sama lain untuk ditetapkan sebagai Geoconservation atau Geoheritage. ”Ada 32 yang masuk kategori Geoconservation,” kata Djumarma.
Badan Geologi sudah menetapkan 32 situs geologi sebagai kawasan Geoconservation. Di antaranya Danau Toba, Merangin Jambi, Danau Kelimutu, Gunung Anak Krakatau, Gunung Batur, Gunung Tangkubanperahu, Gua Pawon, Pegunungan Sewu, api abadiMrapen, Danau Kelimutu, Gunung Rinjani, Gunung Bromo, Tambora, serta Ngarai Sihanouk. ”Bukan berarti hanya 32 itu, nanti berkembang tergantung informasinya,” kata Djumarma.
Djumarma mengatakan, khusus kawasan karst, masih banyak yang tertahan, belum dimasukkan dalam kategori Geoconservation. Dia beralasan, Peraturan Pemerintah yang mengatur soal Karst masih dalam proses revisi sehingga khawatir penetapan status itu akan bertabrakan dengan aturan yang ada.
Djumarma menjelaskan, selepas pentahapan itu, kawasan Geoconservation itu dipilah lagi agar bisa dinaikkan statusnya menjadi Geopark Nasional. Faktor yangjadi penimbangnya, paparnya, yakni Geodiversity, Biodiversity, serta Cultural Geodiversity. ”Kalau itu oke, nanti menjadi (Geopark) dunia," katanya.
Menurut dia, Indonesia dikenal ahli geologi dunia sebagai laboratorium alam geologi. Kebetulan, lanjut dia, ditambah dengan kekayaan banyaknya gunung api. ”Banyak yang unik, di masyarakat bisa diaplikasikan misalnya sebagai kawasan wisata,” kata Djumarma.
Sejumlah situs geologi terhitung unik di Indonesia. Djumarma mencontohkan, kawasan Merangin di Jambi misalnya, merupakan kawasan yang kaya singkapan batuan berusia 300 juta tahun yang didalamnya banyak ditemukan fosil tumbuhan.
Danau Toba punya keunikan soal proses geologi terbentuknya danau itu. Djumarma menjelaskan, sedikit yang tahu bahwa danau itu terbentuk dari 3 kali letusan Super Volcano yakni 800 ribu tahun lalu, 500 ribu tahun lalu, serta 70 ribu tahun lalu yang memicu global climate change dunia. Masing-masing letusan menyisakan 3 kaldera yang kini menjadi Danau Toba. Pulau Samosir di tengah danau terbentuk akibat proses tektonik yang mengangkatnya. ”Cuma magmanya belum nongol ke permukaan, tapi sudah terdorong ke atas, itulah Pulau Samosir,” kata Djumarma.
Kawasan Gunung Batur juga sama uniknya. Tak banyak yang tahu kalau gunung itu berdiri di atas kaldera sisa letusan gunung itu yang terjadi 2 kali. Djumarma menuturkan, kaldera yang terbentuk dari 2 kali letusannya berdiameter 7 kilometer. Dinding kaldera itu bisa terlihat di kaki Gunung Batur yang masuk kategori anak gunung.
Keunikan lainnya, saat Gunung Batur meletus magmanya tergolong encer, dan menghasilkan lontaran material pijar atau balistik yang mirip kembang api yang lontarannya tidak jauh. ”Orang asing yang sudah kenal Gunung Batur, apalagi ahli gunung api internasional begitu mendengar gunung itu meletus, dia berlomba-lomba datang ke Indonesia untuk melihat keindahannya,” kata Djumarma.
AHMAD FIKRI